Minggu, 02 Juni 2013

Now that I Understand the Feeling

Huuunnnnn...... kali ini saya ingin menceritakan apa yang saya rasakan beberapa waktu lalu, meskipun perasaan itu mungkin sudah memudar dengan begitu cepat. hahaha XD
Perasaan apakah itu?
The Feeling when you find someone else match with you but you already have a boyfriend.
Saat saya memikirkannya, "Oh, begini ya rasanya?" dan itu membuat saya memiliki sebuah ide cerita di kepala saya, hahaha.... Tidak cuma itu, saya juga merasa sepertinya saya mengerti kenapa perasaan seperti itu muncul pada diri seseorang. Sekitar 2 tahun lalu, teman saya melakukan hal yang bagi saya sangat imposibru untuk dilakukan tai dia melakukannya. Dia, teman saya yang mengaku teman baik saya, meninggalkan pacarnya yang sudah bersamanya selama hampir empat tahun demi laki-laki yang baru dia kenal kurang dari setahun. Saya sulit mempercayai itu. Saya berpikir, "Dia ni mikir apa nggak sih? dilihat dari segi apapun pacarnya jauh lebih baik dari 'laki-laki baru' itu tapi kenapa dia justru memilih orang yang baru dia kenal?" Yeah, saat itu terlalu banyak kejadian yang membingungkan dan chaotic.. Dan hal itu membuat saya dan dia sampai saat ini tidak berbicara lagi satu sama lain. Saya tidak mengerti. Dia yang begitu mengagungkan pacarnya, mempertahankannya sampai pernah melabrak cewek yang dekat dengan pacarnya, yang menangis begitu sedih karena jauh dari pacarnya, yang pernah begitu depresi ketika suatu kali mereka putus, ternyata pada akhirnya dia sendiri yang mengakhiri hubungan mereka dengan cara yang menyedihkan. Saya tidak arah padanya karena melakukan semua, meskipun saya tidak begitu mengerti. Saya hanya tidak bisa menerima dia bisa melakukn hal seperti itu. Saya yakin dia pasti ingin saya memahami perasaannya. Sekarang saya paham perasaaan itu. Meskipun hanya selama sekitar dua hari saya dekat dengan orang lain selain pacar saya, saya mulai mengerti perasaan itu. Saya yakin teman saya itu adalah tipe pecinta sejati yang akan melakukan apa saja demi cinta sementara saya adalah tipe yang lebih realistis dan bukan tipe pecinta sejati.
Masa-masa saya berfantasi dengan kata "CINTA" sudah selesai dan sekarang saya hidup dalam realita. Diri saya yang sekarang adalah diri saya yang sesungguhnya yang baru saya sadari ternyata bertipe mencintai dengan kepala, bukan dengan hati. Sejujurnya saya memang benar-benar tidak mengerti apa itu cinta dan dalam kondisi saya sekarang ini saya tidak begitu peduli dengan kata itu. Mungkin saya bosan, saya capek, saya jenuh, mungkin juga karena "Ideal Boyfriend" yang sejak masa pubertas saya harapkan sudah tidak ada lagi di dunia ini, dan tidak pernah ada lagi dalam kehidupan saya. Saya selalu berpikir, saya sudah terlanjur memilih jalan ini, yang harus saya lakukan hanya terus melangkah tanpa perlu banyak mengeluh.
"Hidup ini pilihan, apapun pilihanmu tetaplah melangkah ke depan" mungkin seperti itu moto hidup saya.
Saya selalu berpikir semua orang juga melakukan hal yang sama. Saya selalu berpikir, orang lain juga akan melakukan hal yang sama seperti apa yang saya lakukan. Singkatnya, saya sering memforcing orang lain agar memiliki cara berpikir yang sama seperti saya padahal jauh di dalam hati saya yang terdalam, saya tahu benar orang lain tidak sama dengan saya. Saya hanya benci ketika orang lain mengeluh mengenai hidup mereka.
"Ini hidup lo, yang ngejalanin lo, yang punya pilihan juga lo" itu yang selalu saya lontarkan dalam hati ketika ada orang lain yang mengeluh. Saya sendiri merasa kalau kata-kata seperti itu begitu kejam. Tapi kalau tidak kejam orang akan menjadi lembek dan terus merengek minta dikasihani. Saya tidak suka hal seperti itu. Saya  tidak dididik untuk mengeluh, saya tidak diajari untuk meminta belas kasihan orang, saya juga belajar untuk tidak melakukan hal itu dalam hidup saya. Apakah itu pula yang membuat saya menjadi begitu egois, keras kepala, sensitif, dan self-centered -mungkin?
Kembali lagi pada topik awal, ketika ada orang baru yang saya pikir cocok dengan saya, saya berpikir bahwa hidup saya mungkin sedang dalam kondisi yang "menarik". Selama ini saya bosan dengan kehidupan yang monoton, tidak ada gairah, tidak ada petualangan, tidak greget. Jadi, saya berharap banyak pada tahap kehidupan ini. saya masih ingin belajar lebih banyak dan mengalami masa-masa yang lebih menarik dalam hidup saya. Meski begitu, saya mungkin bukan tipe pemberani yang bisa mengambil langkah tanpa berpikir panjang terlebih dahulu. Saya terus berpikir meski saya ingin menjadi pemberani. Saat itu saya menyadari "keberanian" teman saya dalam mengambil sebuah keputusan yang berarti begitu besar dalam kehidupannya. Sekarang dia tampak bahagia dengan kehidupannya meskipun dia merasa bahwa dunia mungkin telah memusuhinya. Bukankah cinta itu menjadi lebih berarti jika kita berani mengorbankan segalanya? Segalanya termasuk semua hal yang sudah kita bangun seumur hidup. Saya akui saya sangat baik dalam hal teori, tapi saya kurang pengalaman. Saya memahami banyak teori mengenai kehidupan tapi saya masih saja terluka ketika jatuh pada kenyataan teori itu. Semua orang pasti sama, hanya saja persiapan setiap orang pasti berbeda. Saya pernah jatuh sekali dan saya tidak mau jatuh untuk kedua kali. Tapi yang lebih penating lagi, saya tidak ingin orang lain menjadi "korban" saya. Jadi, bisa dibilang saya ini tipe masochist, hahahaha...
Sigh....lalu, apakah perjalanan hidup saya selanjutnya akan lebih menarik?
Who knows...