Kamis, 28 November 2013

Kamu Kini Hadir Dalam Diaryku

Dear Sunny...

Apa kabarmu disana? Apakah kamu adalah seseorang yang kini mulai muncul dalam diaryku? Aku merasa benang-benang yang panjang dan berliku, berjalinan kesana-sini, kini semakin jelas terlihat arahnya. Kuharap ini adalah untaian benang antara kamu dan aku. Kamu lelah dengan banyak hal dalam hidup ini tapi tetap memaknai segalanya seperti sesuatu yang berharga yang akan selalu menemui kebaikan. Dalam kepositifan itu kamu membuatku tersenyum. Aku juga lelah. Aku juga berusaha untuk keluar dari garis-garis kekangan dan ketidaknyamanan yang membatasi setiap gerak dan langkah, mencoba kabur dari perasaan terkungkung dan terperangkap. Entah aku atau kamu yang sebenarnya menemukan. Entah aku atau kamu yang sebenarnya ditemukan.
Dear Sunny... apakah kamu sudah memastikan bahwa benang yang terikat padamu terikat padaku juga? Apakah lilitan-lilitan yang tak jelas itu kini jelas bagimu? Kuharap itu aku. Aku sudah terlalu lama menunggu. Tapi, aku bersyukur kamu hadir saat ini. Karena, saat ini aku telah lebih dewasa dan sudah mulai dapat menguasai indriaku, aku sudah mulai dapat mengendalikan keadaan-keadaan dalam duniaku. Aku bukan lagi anak remaja yang kerjanya hanya merajuk. Aku saat ini, telah banyak belajar tentang kehidupan. Inikah rencana Tuhan? Kamu mempercayai itu. Aku tahu itu.
Dear Sunny... banyak harapan yang akan kubebankan padamu. Tidak hanya aku, tapi keluargaku juga. Mereka yang telah membujukku untuk memilihmu. Tapi bukan karena bujukan dan rayuan itu aku memilihmu. Aku memilihmu karena dirimu. Karena itu kamu, maka aku memilihmu. Banyak hal yang tiba-tiba menjadi hal yang tidak kusangka-sangka. Kamu lebih dari apa yang kubayangkan. Kamu tersenyum sambil mengulurkan tangan dan mengajakku melangkah bersamamu, meninggalkan masa lalu dan menuju masa depan.
Dear Sunny, apakah beban ini terlalu berat bagimu? Bagilah denganku.
Dan disinilah kamu mulai hadir dalam lembar-lembar buku diaryku.

Rabu, 06 November 2013

The Rainy Day

Dear sunny,

Apa kabarmu disana, hey sunny? Aku disini baik-baik saja.
Hari ini tiba-tiba hujan disini, tepat disaat kepalaku mulai terasa sakit. Migrainku kumat lagi. Mungkin terlalu banyak hal yang kupikirkan tanpa kusadari. Aku terlalu sibuk menjalani hari-hari untuk menyembunyikan semua keluhan. Kubiarkan semua keluhan ini terpendam di dalam sana tanpa perlu kukeluarkan. Untuk apa? Apakah dengan aku mengeluh semua masalahku akan selesai? Apakah bila kukeluarkan semua yang kupendam dalam hati ini akan membuatku menjadi manusia yang lebih baik? Coba pikirkan berapa banyak waktu yang akan terbuang hanya karena keluhanku. Setiap keluhan itu berasal dari dalam lubuk hatiku dan betapa sakit mengeluarkannya. Berapa banyak air mataku yang akan mengalir?
Semua itu terjadi lagi. Untuk kesekian kali, aku mengulangi kesalahan yang sama. Kupikir, kali ini akan berbeda. Tapi apa? Sama saja. Diriku yang sebenarnya sangat simple ini untuk kesekian kali menjadi manusia paling sulit dimengerti di dunia ini. Meski mungkin masalahnya hanyalah tidak ada yang benar-benar mencoba mengerti. Orang-orang tidak percaya aku sedang menangis hanya karena tidak pernah melihatku menangis. Hey dengar...memangnya aku batu? Aku juga sama sepertimu, seperti kalian. Aku juga bisa merasa sakit, bisa merasa diri lemah, dan bisa terluka. Hanya karena aku tidak mengatakannya, hanya karena aku tidak menunjukkannya bukan berarti aku tidak bisa merasakannya. I'm just a girl afterall. Yang terjadi padaku hanyalah "kelelahan" , "keletihan". Aku lelah hidup dalam peran sebagai korban. Karena hidupku bukan panggung sinetron dimana tokoh protagonisnya menjadi korban dan selalu menangis disepanjang scene.
Saat aku berhasil melewati masa-masa terberat dalam hidupku, aku berdiri lagi dengan kedua kakiku, bersusah payah merangkak, berjalan, hingga akhirnya bisa berlari, kuputuskan untuk hidup dengan bebas. Aku tidak ingin lagi terjerumus ke dalam jurang yang sama. Tidak ingin lagi kehilangan kaki dan tangan, kehilangan mata dan telinga. Saat itu yang kutahu hanya berteriak, tak ada yang mendengar, tak ada yang mengulurkan tangan untukku. Siapa yang mengerti kesakitan itu? Aku mengubur semua itu, menghargainya sebagai sebuah batu pijakan yang membawaku hingga pada hari ini. Dan masih tidak ada yang bisa memahaminya. Apakah semua orang senang melihatku mengingat-ingat masa terberat dalam hidupku itu?
Aku tidak ingin lagi menoleh ke belakang. Ini aku. Aku disini. Aku berdiri disini, tapi sepertinya tak ada yang melihatku. Kupikir aku telah melipat lembaran-lembaran kertas hitam itu dan kuberi pengingat untuk tidak kubuka lagi dan tidak lagi membuat coretan dengan warna yang sama di lembar-lembar selanjutnya. Tapi, tidak ada yang percaya. Meski begitu, tidak apa-apa bagiku. Hidupku masih harus tetap berjalan.
Aku mungkin memiliki kepribadian yang buruk tapi inilah aku. Aku telah menemukan jati diriku.
Dear sunny... kuharap kau mau menerima diriku yang telah  banyak berubah. Banyak hal yang terjadi dalam hidupku yang selalu membuatku mengintrospeksi diri dan pada akhirnya kupikir aku telah berubah menjadi manusia yang lebih baik dari diriku yang dulu.