Kamis, 29 Juni 2017

I Don't Know Where to Share My Feeling

When I was going to write on facebook, there are you, my friends, my family, my relatives, everyone knows me. They'll know right away what my feeling right now.
I want to share it with my writing. I don't want anybody to comment, I don't want anybody to know my true feeling. It because the feeling I feel right now is loneliness and sadness.
I don't know why, but I keep feeling like this for awhile now. After that time, when I confess to you and have no respones from you. The truth is, I am afraid, I'm worried, I'm scared. I know the absolute answer I'll receive. It really make me sad.
I don't want to be negative but what you show me tell me everything. What your aswer will be.
If I could ask you, please tell me what I should do to make you fall in love with me. Except my appearance, I'll do everything. What kind of woman do you like, I'll try to become one. But if you could please, let me be my self. I want you to love me for what I am, not for what I'll be done for you.
I want you to accept me the way I am now.
It may be wrong.
What should I do to make you fall for me? No. There's absolutely nothing I can do. I know that. I sense that kind if feeling. It really is sad. But, I can't do anything. I want to save my own self.
I don't want to running away anymore but my instinct always tell me to save myself.
My inner self crying.
It really sad. I want to cry but tears won't come out.
A person like me to  fall in love with an amazing person like you, it's just too imposible to be realized. I feel sorry for you. (。-_-。)

Rabu, 28 Juni 2017

Kitto Mata Itsuka

Yesterday, when I was feeling a bit down, I listened to the music, Kitto Mata Itsuka of Depapepe.
And I typed this kind of words on facebook while sharing the music. It's so sad. It's really sad. To have a feeling for someone who has no feeling for me. I could make a song by this kind of feeling. What I write is what I feel toward you.

「Itsuka kitto
I'll spread my wings and fly to the sky
I'll leave the sadness dan take the happiness memory within me
When we sit face to face without saying anything
My heart was beating so fast like it was the first time
I couldn't say even one word
The last time I prepare your meal and we eat together
You always eat so fast
And there I am always on my own pace
If I could I want to run as fast as you
So we can say gratitude for the food to God at the same time
When you were sitting toward the ocean
I could only seeing your back
If I could I want to sit next to you and listening to your story
How you love the blue ocean
About how you love the white sand
And the people on that place
But, seeing your back is enough for me
I don't want to be greedy
itsuka kitto
When I have the courage I'll tell you how I feel
Even though I'm nothing
Will you understand?
Even though it's weird and awkward
Will you accept it?
I may don't need any answer
I'm too scared
But surely
I'll spread my wings and fly to the sky
I'll keep all that memories only for me
When I have the courage
Surely
I'll tell you how I feel」

Senin, 26 Juni 2017

Suki na Hito Ga Iru Koto Part 3

"Apakah hari ini warung tutup?" Ia bertanya melalui messenger.

Ya, pagi itu di hari senin yang mendung dan dingin, aku sudah bersiap akan berangkat menuju warung bersama keluarga temanku, padahal hari itu kami berencana libur. Hujan gerimis terasa membasahi kap mobil yang telah terparkir di luar rumah. Gungmas sudah tak sabar, sudah mendekati waktunya untuk berangkat bekerja tapi suaminya belum juga keluar rumah, akhirnya dengan kesal ia berangkat kerja dengan motor. Hari itu, mungkin ada juga untungnya dia menggunakan motor karena setelahnya dia mengatakan di daerah Kuta banjir parah, ia bahkan sampai basah kuyup berlapis-lapis, menembus jas hujan yang dikenakannya. Aku tidak memiliki hal yang bisa kukerjakan hari itu. Aku ingin ke Kuta, ingin bertemu Masa tapi aku tidak bisa. Merasa resah dan gelisah, aku bertukar pesan dengannya. Mungkin hari itu adalah relay pesan messenger terpanjang yang pernah kami lakukan. Meskipun tidak begitu intens. Yang biasanya dia membalas pesanku 1x sehari, hari itu bisa dibilang kami mengobrol meskipun menggunakan bahasa Inggris. Aku tidak begitu percaya diri dengan bahasa Jepangku.

Aku yang selalu memulai obrolan. Mengucapkan salam, memulai topik. Dia biasanya tidak banyak bertanya tapi hari itu dia bertanya. Tentunya pertanyaan seputar kepentingannya. Tapi aku dengan senang hati menjawabnya. Aku memang gila. Hal tergila yang pernah kulakukan adalah "tertarik" padanya. Hingga pada suatu waktu ia bertanya, "Jam berapa aku dijemput di kost?" Ia bertanya tentang janji semalam yang dibuat Gustu untuk mengajaknya bersama-sama ke PKB (ia menyebutnya Denpasar Market, Lol). Hari itu karena warung tutup, ia tidak bisa memastikan kapan saat yang tepat untuk bersiap-siap menuju festival akbar se-Bali itu. Bolak balik aku bertanya pada Gustu untuk bisa memberi jawaban padanya. Banyak pertimbangan. Banyak permasalahan. Dengan terpaksa aku memberitahukannya bahwa rencana itu dibatalkan. Dan setelahnya aku menyesal setengah mati. Hanya karena temanku suami istri sedikit cekcok, dan tidak ada yang bisa diharapkan menjemput Masa, akhirnya aku harus berbohong. Aku benar-benar menyesal. Malam itu kami menuju PKB tanpa Masa.

Sepanjang perjalanan, aku tak henti-hentinya merasa bersalah. Ini salahku dia tidak bisa ikut. Seandainya aku lebih bersabar, dan lebih tenang menghadapi situasi itu mungkin ada solusi lain untuknya. Tapi, mungkin ini sudah digariskan. Malam di PKB sangat tidak bisa kunikmati, aku merasa tidak berhak berada disana, aku bersalah pada Masa, aku tidak ingin menikmati apa yang tidak bisa dia nikmati, itulah yang kupikirkan.

Keesokan harinya adalah hari terakhir aku disana. Hari itu hujan lebat di Kuta. Sambil melakukan persiapan aku sesekali menoleh ke arah Masa yang sedang menikmati kopi dan rokoknya di warung sebelah. Ia sepertinya menikmati hujan hari itu. Di meja depan warung tempat biasanya aku menaruh tas ada jas hujan berwarna biru dan tas kecil putih. Itu milik Masa. Sambil bersih-bersih, aku sesekali memindahkan jas hujannya. Hari itu, aku mendapat kesempatan bersih-bersih lebih banyak karna hujan sampai-sampai keluarga di warung lain memperingatkanku untuk diam dulu. Tapi, kebiasaanku, aku melakukan segalanya sampai akhir. Jadi, aku tetap bersih-bersih dalam secara perlahan-lahan agar tidak menarik perhatian.

Begitu hujan berhenti aku tidak begitu ingat apa yang terjadi, sepertinya Masa memulai pekerjaannya membersihkan pantai. Seperti biasa, ia akan kembali ke warung, melepas sandalnya lalu mengambil sapunya, ia pun berlalu menuju pantai berpasir putih itu. Ia mulai melakukan pekerjaannya. Aku memperhatikannya betapa cepat ia bekerja. Tak berapa lama, karena sudah waktunya makan siang, Ajik memanggilnya untuk makan. Siang itu, kami duduk sambil makan nasi soto yang tadi pagi kami beli di pasar Kuta. Seperti biasanya Masa makan dengan cepat. Dan aku selalu selesai makan paling akhir. Apapun yang dia makan dia selalu mengatakan "enak".  Saat dia selesai makan aku bertanya padanya, "suki?" Dia menjawab, "soto ayam ka? I eat it everyday". Tidak peduli apapun yang dia makan dia pasti menyukainya.

Siang itu hujan lagi. Masa akhirnya menunda pekerjaannya, seingatku dia duduk saja di tempat biasanya, sambil mengecek ponselnya, lalu hanya satu kali saja dia mengeluarkan kamera lalu mengambil foto warung yg diguyur hujan. Dia duduk lagi sambil sesekali merokok. Anehnya, aku tidak mencium baru rokoknya. Lol.

Begitu hujan berhenti, dia kembali ke aktivitas kerjanya. Aku dan keluarga di warung juga memulai aktivitas. Saat siang aku duduk di depan warung sambil menunggu pelanggan, dari kejauhan aku sudah bisa melihat sosoknya, berjalan mendekati warung sambil menenteng sapu panjangnya. Dia kembali dari bekerja, saat dia melewatiku aku mengucapkan "Otsukare", dia berhenti sejenak dari langkahnya yang cepat lalu mengucapkan "arigatou". Dan seperti biasa, dia akan pulang menuju kostnya tanpa sepatah katapun. Anehnya aku hanya bisa memandanginya. Bahkan ketika dia meninggalkan pantai dengan motornya, aku bisa mengenalinya meskipun dia begitu jauh.

Aku bekerja di warung dengan senang, menikmati keramaian hari itu. Sekitar jam setengah 3 siang, datang pelanggan pria ke warung sendirian. Setelah dia membuat pesanan aku mengajaknya mengobrol. Banyak hal yang bisa diobrolkan dengannya, karena dia orang yang juga aktif bertanya. Kami membicarakan mengenai negaranya, membandingkan dengan negara ini, membucarakan tentang pemerintahan sampai pada bagaimana pemikiran masing-masing tentang sebuah negara dan apa yang paling penting. Setelah melalui obrolan yang begitu panjang kuberanikan diri menanyai namanya, namanya Srdjan. Dia turis dari Serbia. Orangnya tampan, putih dan dia seksi. Lol. Pria yang sangat menyenangkan. Kami juga membahas mengenai bahasa. Dia mengajariku bagaimana menulis dalam bahasa Serbia. Huruf Serbia lebih mirip Rusia. Karena asyik ngobrol dengan Srdjan aku sampai lupa menjemput temanku di tempat kerjanya. Lol.
Setelah selesai makan, Srdjan pergi setelah memberiku uang tip. Hvala (*´罒`*) (hvala artinya terima kasih dalam bahasa Serbia). Dan dia juga komplain dengan mata uang Indonesia yang katanya terlaau banyak nol. Lol. I thought so.

Anehnya hari itu tidak hanya Srdjan pelanggan yang datang sendirian. Berikutnya muncul Jason. Seorang turis dari Inggris. Dia bekerja di bidang musik tp bukan musisi. Mungkin pengarah suara atau sesuatu di bidang itu. Hebatnya dia bekerja di Kanada. Wow, bekerja lintas negara, bahkan benua.  Ngobrol dengan Jason tidak begitu banyak, karena orangnya lebih pendiam. Tapi, sangat menyenangkan. Ngobrol dengan orang dari berbagai negara, sangat menyenangkan. Kalau bisa, aku ingin melakukannya lagi. Lol.

Sore hari menjelang, seperti biasa Masa akan datang ke warung. Aku tidak begitu ingat apa yang kami kerjakan sore itu. Apakah makan mangga? Aku ingat sempat mengupaskannya mangga, dia sangat menyukainya, tapi aku tidak ingat kapan aku melakukannya. Setelah makan malam, dia bertanya tentang kepulanganku. Dia cukup kaget mengetahui aku akan pulang esok hari. Apakah dia hendak mengatakan sesuatu ataau tidak, aku juga tidak paham. Apa dia mempertimbangkan confession-ku? Entahlah, aku tidak berani bertanya. Selama beberapa hari itu aku benar-benar ingin tahu bagaimana reaksinya tp aku takut. Aku bahkan tidak berani membahasnya ataupun menyinggungnya. Aku hanya merasa akan mendapat jawaban yang tidak kuharapkan. Jadi, kuputuskan untuk mengatakannya saat aku kembali nanti.

Malam terakhirku di pantai Kuta, kami duduk berhadapan sambil mendengarkan lagu dari tape yang baru dipasang oleh gustu. Cooler box masih saja rusak sampai hari itu. Dan, semua berkumpul mengobrol, apakah hari itu Gungmas membuatkanku lime hangat? Sambil berkelakar bahwa aku ingin dibuatkan minuman itu olehnya. Lalu, di salah satu lagu yang berkumandang dari tape, ada satu lagu yang sepertinya disukai Masa. Aku tidak tahu lagu apa itu, tidak tahu judulnya meskipun aku pernah mendengarkannya sebelumnya. Dan sedihnya, aku tidak ingat seperti apa lagunya. Sampai sekarang aku tidak bisa memberitahunya judul lagu itu.
Malam itu, aku menceritakan tentang pertemuanku dengan Srdjan kepada Masa. Apa aku berlebihan? Karena aku bercerita dengan sangat bersemangat. Lol.

Dan sekali lagi, tidak ada yang terjadi di antara kami.

Kamis, 22 Juni 2017

Suki na Hito ga Iru Koto part 2

"Uchuu no Ko Masa"
Begitu dia menyebut dirinya.
"Masa si anak alam semesta." 

Senja itu dia menulis post card. Banyak sekali post card. Tampaknya dia menulisnya dengan sistem cicil. Sambil memainkan ponselku, aku memperhatikannya sesekali. Aku tidak bisa mengajaknya bicara meskipun ingin sekali ngobrol. Lalu aku memutuskan menemaninya dalam diam. Sesekali dia akan meninggalkan tempat duduknya setelah mengecek ponsel. Dia akan berjalan dengan cepat menuju pantai, aku tidak tahu apa yang dia cari, sepertinya seorang teman. Begitu kembali dia akan duduk lagi dan melanjutkan menulis. Sesekali dia akan duduk di tempat yang berjauhan untuk merokok. Mungkin ini adalah kali pertama aku tidak membenci perokok (*´罒`*)

Ketika hari beranjak malam tiba-tiba dia berdiri dan bergumam, "Are?" sambil terlihat kebingungan mencari-cari sesuatu. Itu membuatku bertanya-tanya apa yang terjadi. Aku yakin dia mencari sesuatu. "Nanika sagashita no?" Tanyaku cepat. "Sandaru" jawabnya. "Hee? Nande?" Dengan cepat aku membantunya mencari sandalnya. Saat itu aku benar-benar serius. Aku memperhatikan tempat dia merokok dan sekitarnya, sama sekali tidak ada tanda-tanda keberadaan sandalnya. Akhirnya dia pergi ke pantai dan tak lama kemudian kembali. "Found it?" Tanyaku. Dia masih tampak bingung dan hanya menggeleng sambil mengeluarkan suara dari tenggorokannya. Dengan cepat dia meraih ponselnya. Tak lama kemudian ia duduk. "Dou? Sandaru?" Tanyaku. Diapun menjawab, "Ah, It seemed I left it on the beach and maybe my friend took it." Jawabnya. "Ah so desu ne", ucapku mulai merasa tenang. Tak berapa lama kemudian dia pun meninggalkan warung, mengatakan bahwa ada yang tidak beres dengan otaknya. Dia mungkin tidak bisa berkonsentrasi karena kehilangan sandalnya. Lol
Dengan kepulangannya, berakhir pula pertemuanku dengannya di hari itu. Malam itu aku menceritakan pada temanku betapa lucunya dia kehilangan sandal. Dia begitu manis. 😊

Keesokan harinya, aku dan keluarga temanku kembali ke warung untuk bekerja. Sebelumnya kami berbelanja terlebih dahulu, membagi tugas membeli berbagai keperluan warung di pasar Kuta. Setelah mengantar temanku, Gungmas,  ke hotel tempat dia bekerja, kami melanjutkan kegiatan berbelanja ikan di pasar kedonganan hingga menjelang tengah hari barulah kami tiba di warung. Tempat yang sangat kutunggu untuk kudatangi. Sambil membawa banyak barang di tanganku, aku mulai mencari sosoknya. Tidak sulit menemukannya. Dia tengah duduk di salah satu kursi di warung sebelah sambil memainkan ponselnya ditemani secangkir kopi dan rokok. Benar-benar, dia tidak mempunyai tampang perokok. (^^)Dia melihatku dan menyapa. Aku membalasnya dengan sapaan yang sama. "Pagi" "Ohayou"

Setelah meletakkan belanjaan, aku membantu membereskan warung. Menyiapkan berbagai macam hal sambil sesekali melihat ke arah dia duduk. Aku hanya bisa melihat punggungnya dari balik pilar kayu. Dia selalu memakai baju hitam dan celana pantai, entahlah apakah itu baju dan celana yang sama yang dia kenakan setiap hari atau tidak. Tapi justru karena dia memakai pakaian yang sama makanya dia mudah dikenali. ( ˙ᵕ˙ )
Saat ayah di keluarga itu yang kupanggil "Ajik" menata kursi di sekeliling meja, dia datang dengan sigap membantu ajik. Tengah hari aku dan dia ditawari makan. Kami pun makan bersama di satu meja, dan lagi-lagi aku selalu ketinggalan. 😅
Aku mempunyai kebiasaan makan yang lambat dan santai, entah kenapa aku tidak bisa makan dengan cepat. Ditambah lagi makanan hari itu benar-benar pedas, dan sudah terlalu terlambat untuk makan (T^T) perutku mungkin terkejut. Beberapa kali aku sempat merasa mual. Pada akhirnya aku tidak bisa menghabiskan makananku. Aku menyimpannya berharap akan bisa menghabiskannya.

Ketika persiapan selesai, warung bisa beroperasi. Dia duduk di salah satu kursi, mungkin itu tempat favoritnya dan di hadapan tempat duduknya itu menjadi tempat favoritku sekarang. Aku masih duduk di tempat semula sambil berusaha menghilangkan rasa pedas dengan meminum air. Aku memandangi punggungnya. Figurnya yang sedang duduk. Tak berapa lama aku diminta untuk menunggu pelanggan. Aku mengambil duduk jauh di depannya. Benar-benar malu. Tak banyak yang bisa kukatakan padanya karena dia juga tidak banyak bicara. Tak berapa lama, aku mendapat pelanggan pertamaku. Aku mempersilakan tamu duduk bertepatan dengan dia meninggalkan tempat duduknya dan meninggalkan warung. Sepanjang siang aku tidak dapat melihatnya. Seperti sebuah jadwal. Aku bisa dengan mudah memahami jadwalnya. Pagi hari sekitar pukul 6-7 pagi dia akan memulai kegiatan membersihkan pantai dan berakhir sekitar pukul 10-11 siang. Sekitar pukul 1 siang dia akan meninggalkan pantai untuk kembali ke kost, mungkin untuk tidur. Sorenya dia akan kembali ke pantai sekitar pukul 5. Dia melakukannya secara rutin setiap hari.

Sekitar pukul 5 sore hari itu, dia datang ke warung. Saat itu aku sedang duduk sambil memperhatikan seorang wanita, pelanggan warung sebelah yang sedang duduk bersama anjing kecilnya yang berumur setahun. Saat aku diminta duduk di depan menunggu tamu aku diajak ngobrol oleh wanita itu. Aku tidak menanyakan namanya. Dia wanita yang berasal dari Manado, tinggal di Bali sepertinya sudah cukup lama dan kalau diperhatikan hari itu dia duduk bersama seorang bule. Anjing kecilnya tak berhenti menggonggong ke sekitar. Dia anjing yang berani. Anjing itu bernama Priti. Aku diijinkan untuk menyentuh anjingnya. Aku mengelus-elus anjing itu sambil mendengarkan cerita wanita 35 tahun itu bahwa anjing itu adalah penjaganya. Ada seorang paranormal yang mengatakan bahwa dia harus memelihara anjing sebagai penjaga. Wanita itu mengatakan bahwa anjing itu sangat sensitif. Dia mengatakan bahwa aku orang yang baik oleh karena itu anjingnya sama sekali tidak menggonggong ke arahku. Anjing kecil itu bahkan tidak keberatan aku mengelusnya. 😆 yappari atashi yasashii desu ne 😆

Memori mengenai malam itu perlahan telah menghilang dari ingatanku. Hari itu begitu panjang. Apakah hari itu ya trjadi kekacauan di warung? Ketika saat siang hari kondisi kesehatan Ajik dan Gustu mulai tidak stabil hingga mempengaruhi kondisi mental mereka. Terjadi sedikit kekacauan. Aku ingin sekali bercerita pada Masa tapi tidak tahu memulai dari mana dan bagaimana caranya. Perbedaan bahasa benar-benar membuat kesulitan. Akhirnya, aku bercerita pada Gungmas ketika aku menjemputnya di tempat kerja. Hari itu terasa begitu panjang. Hari itu aku dibuatkan lemonade hangat oleh temanku setelah kami makan bersama. Setidaknya itu yang kuingat. Tidak banyak moment yang kuhabiskan bersama Masa tetapi setiap saat yang kulalui bersamanya adalah moment yang berharga.

Senin, 19 Juni 2017

Suki na Hito ga Iru Koto

Halo, apa kabar?
Aku mengabarimu dari Bali.

Kalimat itu yang sering kubaca dalam pembukaan blognya. Dia suka menulis dan berbagi dengan banyak orang. Dia membagikan kesehariannya selama bekerja di Pantai Kuta. Dia seorang environtmentalis, earth warrior. Dia bekerja membersihkan pantai dari sampah yang kuyakini hal itu sebagai panggilan jiwanya. Bukan mengenai apa yang dia lakukan tapi mengenai apa yang membuatnya melakukan itu. Apa yang ada di dalam dirinya adalah pengabdian. Dia mungkin satu dari sekian banyak manusia yang bisa melakukan hal-hal yang dia inginkan berasal dari hati dan semua itu terpenuhi. Hidupnya adalah hal yang menakjubkan. Bertemu dengannya adalah hal yang sangat menakjubkan. Apalah aku. Aku tidak cantik, tidak putih, tidak seksi, aku mungkin salah satu perempuan yang gagal menjadi wanita tetapi aku masih berusaha. Sementara dia, sempurna secara fisik bahkan jiwanya sempurna. Aku mungkin belum mengenalnya dengan baik. Tapi, orang-orang yang mengenalnya memuji-muji dia mengatakan bahwa dia orang yang sangat sangat baik dan sangat penuh kasih sayang. Aku beruntung mengenalnya. Aku rasa bisa mengenalnya saja sudah cukup meskipun fantasiku mengharapkan lebih dari itu. Pikiranku tak pernah berhenti menampilkan figurnya, cara dia melihat ke arahku dan tersenyum membuat hatiku berdebar-debar. Aku selalu bertanya-tanya, apa seperti ini rasanya jatuh hati? Atau jatuh cinta? Selalu bisa menemukan dia meski di kejauhan? Hal-hal seperti itu mungkin memang biasa terjadi. Aku mungkin hanya terbawa perasaan. Berpikir bahwa hal seperti ini seolah baru pertama kali terjadi. Berpikir bahwa semua hal yang terjadi di dalam hidupku selama ini adalah untuk hal ini. Mengapa dia hadir di waktu yang tepat? Terlambat atau terlalu dini 1 detik saja akan membuat segalanya berbeda. Aku terus berpikir seperti itu. Seandainya saja bukan foto itu yang kulihat, aku mungkin tidak akan tertarik padanya. Seandainya dia tidak hadir dalam kehidupan keluarga temanku mungkin aku tidak akan pernah mengenalnya dalam hidupku. Seandainya minggu pertama liburan ini aku mengikuti diklat, aku mungkin akan kehilangan kesempatanku untuk bertemu dengannya.

Aku yang seminggu yang lalu begitu terpuruk memikirkan diri ini akan gagal menemuinya, berdoa sambil berusaha mengikhlaskannya. Aku menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan. Perjalanan hidupku Beliau yang paling tahu. Meskipun aku yang membuat pilihan pada akhirnya Beliau akan membawaku ke tempat yang seharusnya. Aku hanya perlu ikhlas. Ya, aku ikhlas. Bertemu dengannya atau tidak memang akan mengubah banyak hal dalam hidupku, tapi apapun yang terjadi biarlah terjadi. Itu yang kupikirkan. Lalu, keesokan harinya aku diberitahu bahwa sekolah tempatku bekerja tidak mendapat jatah diklat. Aku yang paling pertama tersenyum-senyum seperti orang gila, bersyukur dalam hati, bersorak dalam diam, rasanya air mataku ingin meluap karena terlalu senang. Tapi, meskipun liburanku sesuai dengan rencanaku, pertemuanku dengannya yang selalu kutunggu-tunggu tidak lantas berjalan sesuai rencana yang kususun diam-diam. Dari sejak pertama aku sampai di rumah temanku hingga bertemu dengannya membutuhkan waktu yang terasa begitu lama. Aku tidak bisa secara gamblang mengatakan pada temanku bahwa aku ingin menemui dia. Apa yang akan dipikirkan temanku tentangku? Lagipula di dalam diriku dipenuhi pro dan kontra. Di satu sisi aku ingin sekali menemuinya, di sisi lain aku takut bertemu dengannya. Saat itu, sekali lagi aku ikhlas. Kapan pun aku akan menemuinya tidak masalah. Yang kubutuhkan adalah ikhlas dan berserah padaNya.

Ketika tiba saat aku menemuinya, di hari Jumat sore tanggal 16-06-2017, dia datang ke warung keluarga temanku dan menyalamiku. Aku hanya bisa tersenyum. Terlalu mendadak tapi seharusnya hatiku sudah siap, meskipun ternyata tidak. Di hadapannya aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Aku hanya bisa mencuri-curi pandang pada figurnya yang mengesankan. Dia terlihat begitu menawan di mataku, rambutnya yang lebat tergerai polos, kulitnya putih dan terlihat begitu mulus, aku bertanya-tanya apa benar setiap hari dia bekerja di pantai ini dan berpanas-panasan sementara kulitnya begitu bersih, pdhal temanku bilang dia hanya mandi 1x sehari? Lol

Yang tak ketinggalan dia tinggi dan wajahnya sama sekali tidak memperlihatkan usianya sebenarnya. Dia 32 tahun tapi wajahnya menampakkan usia 20-an. Terlihat sangat muda, lugu dan polos. (^^) Kalau secara spiritual dia bisa digambarkan sebagai malaikat. Hey, aku tidak berlebihan! Setidaknya aku yang melihatnya demikian pada kesan pertama. Tidak hanya fisiknya saja yang menakjubkan, sikapnya pun bisa menggambarkan bagaimana jiwanya. Dia tidak banyak bicara, mungkin karena perbedaan bahasa. Tapi, dia dicintai banyak orang.

Di hari pertama pertemuan itu aku tak bisa berlama-lama disana. Karena satu dan lain hal aku harus pergi. Meskipun aku masih sangat ingin melihatnya. Oke, tidak perlu mengobrol, hanya agar bisa melihat dia beraktivitas di tempat itu aku merasa senang. Saat itu aku mulai memutar otak memikirkan apa yang harus aku lakukan agar bisa melihat figur itu lebih lama dan mengenalnya lebih baik.
Lalu aku memintanya untuk mengizinkanku mengikutinya bekerja di pantai pada keesokan harinya, hanya saja aku tidak bisa memenuhi itu karena keluarga temanku yang kutumpangi sampai di pantai ketika dia telah selesai bekerja. Di hari kedua bertemu dengannya aku bisa melihatnya dari kejauhan. Bahkan dari celah kecil aku bisa mengenalinya berjalan dengan membawa sapu andalannya mendekati warung. Aku berpura-pura tidak melihat. (*´罒`*) Karena malu bila ketahuan aku terus memperhatikannya. Lol
Begitu sampai di warung, dia menyapaku. Menyapa semua orang yang dilihatnya. Lalu duduk di hadapanku sambil menelungkup di atas meja. Dia sepertinya kelelahan. Tak lama kemudian dia memutuskan untuk pulang. Benar-benar sedih rasanya tapi tak apa karena dia butuh istirahat. Malam hari dia tidur hanya sekitar 4-5 jam. Kebiasaannya menulis blog menyita cukup banyak waktu. Kurasa. Di warung, aku diminta untuk diam saja tapi karena terlalu banyak tamu, akhirnya aku pun dimintai bantuan untuk bekerja. Oke. Ini mulai terasa mendebarkan. Aku belum pernah berbicara dengan turis sebelumnya, setidaknya dengan cara yang benar. Lalu kini aku masuk ke business service area, benar-benar membuatku tak tahu harus melakukan apa. Namanya jg baru belajar. Aku dibimbing oleh suami temanku, dan dibantu ayahnya. Hari itu cukup sibuk. Waktu yang kulalui terasa begitu menyenangkan. Tak sedikitpun merasa lelah. (*•̀ᴗ•́*)و ̑̑

Sore harinya sekitar jam setengah lima, dia datang ke warung dengan senyum sapa kepada semua orang yang dikenalnya disana. Setelah dia duduk di hadapanku, tak banyak yang bisa kami bicarakan. Aku hanya bisa mencuri-curi pandang darinya dan tersenyum padanya. Aku benar-benar tidak bisa mengungkapkan apa yang ingin kuungkapkan. Tidak bisa membuka percakapan. Senja itu dia membawa banyak post card yang akan dia kirimkan ke suporternya di Jepang. Ratusan post card yang harus dia tulis. Aku hanya bisa memperhatikannya. Senja itu adalah kali pertamanya aku dan dia makan di atas meja yang sama berhadap-hadapan. Dia makan dengan lahap dan cepat. Sangat berkebalikan denganku. Lol

Dia sangat berterima kasih pada keluarga temanku. Sambil menunjukkan jempolnya dan deretan giginya yang putih dia berkata padaku, "Good family ne!", yang kubalas dengan senyum dan anggukan. Dia tidak perlu mengatakan banyak hal, aku juga merasa tidak perlu menanyainya banyak hal karena aku sudah mengetahuinya dari blog yang dia tulis, aku membacanya hampir setiap hari sebelum memulai aktivitas. Semua yang ingin kutahu ada disana. ( ˙ᵕ˙ )

"Uchuu no ko Masa desu" adalah cara dia mengalamatkan dirinya. Dia adalah anak dari alam semesta. Itu yang dia yakini.

Suki na Hito ga Iru Koto part 1 end.

Sabtu, 03 Juni 2017

Jatuh Hati

Akhirnya aku menemukan sebuah lagu yang bisa menggambarkan bagaimana perasaanku terhadapmu. Apa yang kurasakan membuatku ingin berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih kuat lagi. Itu berkat kamu. Kamu tidak tahu itu tapi tidak apa-apa. Saat ini aku masih bisa tersenyum dan merasakan betapa inginnya aku mengenalmu lebih dalam. Hanya saja, di satu sisi ada juga dorongan untuk tidak melakukan itu. Tapi, tidak ada gunanya terus membatasi diri. Kalau harus sakit, kali ini aku ingin benar-benar sakit.
Lagu yang dibawakan Raisa berjudul Jatuh Hati bisa menggambarkan apa yang kurasakan.  Seperti ini liriknya;

[Jatuh Hati]

RAISA

Ada ruang hatiku
Yang kau temukan
Sempat aku lupakan
Kini kausentuh
Aku bukan jatuh cinta
Namun aku jatuh hati

Kuterpikat pada tuturmu
Aku tersihir jiwamu
Terkagum pada pandangmu
Caramu melihat dunia
Kuharap kau tahu bahwaku
terinspirasi hatimu
Kutak harus memilikimu
Tapi bolehkah kuselalu di dekatmu?

Ada ruang hatiku
Kini kausentuh
Aku bukan jatuh cinta
Namun aku jatuh hati

Kuterpikat pada tuturmu
Aku tersihir jiwamu
Terkagum pada pandangmu
Caramu melihat dunia
Kuharap kau tahu bahwaku
terinspirasi hatimu
Kutak harus memilikimu
Tapi bolehkah kuselalu di dekatmu?

Katanya cinta memang banyak bentuknya
Kutahu pasti sungguh aku jatuh hati

Kuterpikat pada tuturmu
Aku tersihir jiwamu
Terkagum pada pandangmu
Caramu melihat dunia
Kuharap kau tahu bahwaku
terinspirasi hatimu
Kutak harus memilikimu
Tapi bolehkah kuselalu di dekatmu?
Tapi bolehkah kuselalu di dekatmu?

Lirik lagu itu benar-benar bisa menggambarkan apa yang membuatku tertarik kepadamu.
Sudah bertahun-tahun aku tidak bisa menikmati mendengarkan lagu-lagu cinta, tidak bisa menghayatinya dan tidak bisa pula mendalami maknanya, atau untuk siapa lagu itu kudengarkan. Tidak bisa membayangkan siapa yang menggambarkan lagu cinta yang kuperdengarkan. Setelah sekian lama, aku kini bisa mendengarkannya dengan baik. Mencoba memahami lirik-liriknya, memahami seperti apa nuansa yang sesuai dengan lagu itu.
"Ah ini lagu cinta yang menggambarkan situasiku saat ini" itu yang muncul dalam benakku ketika mendengarkan lagu ini.
Memahami seperti apa jiwa penyanyinya, aku merasa cocok dengan lagu ini.
Lagu yang bisa membuatku tersenyum, membuat diri menjadi melankolis, seolah kembali ke masa-masa remaja di waktu aku memendam banyak rasa kagum pada seorang pemuda. Saat itu memang ada. Dan aku menyadari bahwa di masa itu aku masih hanya melihat sisi baiknya dan kecewa dengan sisi buruknya. Tapi kali ini, suasananya mungkin sedikit berbeda. Filosofi cinta telah berubah.  Dan aku telah belajar memahaminya.
Kupikir ini yang disebut cinta. ❤

Kamis, 01 Juni 2017

It's Not Good For the Heart

Apa ini?
Meskipun aku sudah tahu dan sudah jelas-jelas bahwa aku akan mendapat penolakan tapi tetap saja terasa menyakitkan.
Kamu tidak melakukan apa-apa untukku tapi aku tetap jatuh cinta padamu, tunggu mungkin cinta itu terlalu cepat, seharusnya aku bilang "Being interested" not "Fall in love".
Aku mungkin punya definisi yang aneh tentang jatuh cinta dan bagaimana menanganinya. Kemarin aku merasa berdebar-debar dan dipenuhi perasaan bahagia meskipun kamu tidak melakukan apa-apa, hari ini aku merasa begitu terpuruk, kesepian, sangat down tapi aku tidak bisa mendapatkan semangat dari orang lain. Hanya kamu yang bisa.
Kamu yang setiap hari dikelilingi orang-orang yang mencintai dan menyayangimu, tak sedikit pula yang mengagumimu, apalah aku yang hanya butiran debu. Perasaan seperti itu kerap muncul di dalam hati yang terdalam, dan itu setiap waktu menyurutkan niat untuk menyimpan perasaan ini lebih dalam.
Ini tidak baik untuk hatiku. Aku benci bila harus menjalani perasaan seperti itu di masa depan.
Ketertarikanku padamu itu sampai sebatas mana sebenarnya aku pun tidak tahu. Kamu mungkin hanyalah bagian dari fantasy dan imaginasiku. Karena kamu belum pernah kutemui dalam bentuk nyata.
Ini tidak bagus untuk hatiku.
Aku seperti berada di ruangan tanpa udara, yang bahkan tak ada cahaya atau pun celah untuk melarikan diri. Aku sudah terlanjur membuat satu langkah yang entahlah apakah akan kusesali nantinya.
Kamu yang mengatakan akan memikirkan untuk menanggapi langkah besar pertamaku, entah apakah kamu sungguh-sungguh tapi aku selalu menantikannya.
Aku menunggu sambil mempersiapkan diri untuk menghadapi kenyataan yang entah kenapa terasa lebih nyata bahwa itu adalah kenyataan yang tidak seperti harapanku. Aku berusaha menghapus fantasy-fantasy indah tentang masa depan demi untuk menyelamatkan hatiku. Tapi, tetap saja jawabannya hanya kamu yang tahu.
Aku ingin kamu mempertimbangkan bahwa jatuh cinta bagiku bukanlah hal yang mudah. Memiliki ketertarikan terhadap seseorang juga bukanlah hal yang mudah.
Kamu pasti tidak tahu hal pertama apa yang kulihat darimu yang membuatku tertarik padamu, bahkan aku sendiri tidak bisa menjelaskannya dengan benar.
Aku orang visual, jadi mungkin saja yang pertama membuatku tertarik adalah apa yang tampak olehku. Tapi itu bukan hal yang mutlak. Karena aku tertarik apa hal-hal yang kamu lakukan. Kamu orang yang banyak tersenyum dan tertawa, aku juga tertarik pada hal itu.
Terlepas dari jenis pekerjaan yang kamu lakukan, aku tidak peduli bagaimana pandangan orang lain, karena yang kupedulikan adalah bahwa kamu nenikmati apa yang kamu lakukan, kamu melakukannya dengan ikhlas dan tulus. Itu yang terpenting dan itu membuatku sangat tertarik. Kamu mencintai pekerjaanmu melebihi apapun. Aku menyukai orang yang seperti itu.
Ketika memiliki ketertarikan yang aneh pada seseorang, kamu mungkin tidak tahu bahwa aku menjadi tidak begitu peduli pada bagaimana pandangan orang lain. Ketertarikanku padamu membuatku ingin menyesuaikan diri dengan gaya hidupmu, aku ingin belajar lebih banyak mengenai dirimu.
Aku menjadi tidak peduli pada hal-hal sepele seperti apakah kamu merokok atau tidak, apakah kamu minum minuman keras atau tidak, apakah kamu bertato atau tidak, apakah kamu menyukai seks atau tidak, dan apakah kamu suka berjudi atau tidak, aku tidak memikirkan hal-hal ke arah itu. Siapa yang peduli. Aku tidak pernah memberi patokan pada hal-hal semacam itu. Atau lebih tepatnya aku tidak mempermasalahkan hal itu.
Ketika aku tertarik pada seseorang aku melihat hal-hal yang membuatku tertarik dan sejauh ini semua hal yang membuatku tertarik padamu adalah hal-hal yang positif yang kamu miliki, yang kamu lakukan. Semuanya.
Semuanya, sampe aku menyadari satu hal. Aku kurang menyukai bagaimana kamu begitu tidak tertarik kepadaku.
Ini tidak baik bagi hatiku.
Aku ingin terus dalam keadaan berpikir positif, memikirkan masa depan dengan optimisme, dan ketika aku berpikir tentang bagaimana rasa ketertarikanku padamu akan kamu blockade aku menjadi pesimis dan negatif.
Aku benci asupan hal-hal negatif itu.
Beritahu aku bagaimana caranya agar pikiran negatif ini menjadi positif.