Minggu, 30 Juli 2017

Hatiku, Jiwaku, Pikiranku Masih Tertinggal di Tempat Itu

Hai..
Goddess who brings happiness is here for you.
Actually, She's not a goddess of happines, she's not even a goddess, or even brings happiness. She's just a common human.

Dear blog yang setiap hari menjadi tempatku menumpahkan segala uneg-uneg.
Hari ini baru aku menyadarinya. Setelah hampir sebulan lamanya aku memulai rutinitas, baru hari ini aku memahaminya, bahwa hatiku, jiwaku dan pikiranku masih tertinggal di tempat itu. Pantai Kuta.
Setiap hari aku merindukan tempat itu, merindukan hal-hal yang bisa kutemui disana terutama orang yang kusuka.
Setiap hari kuhela napas panjang sambil memikirkan banyak hal yang terjadi di sana. Ada banyak hal yang tidak bisa terpenuhi, ada banyak hal yang pada akhirnya tidak sesuai rencana, ada banyak hal yang ternyata tidak berjalan mulus. Banyak hal yang hanya menjadi angan-angan.
Aku tidak bisa apa-apa.
Aku merasa cemburu pada orang-orang disana, karena setiap hari bisa berdekatan dan membangun hubungan dengan orang yang kusuka, sementara aku disini jauh darinya, tidak ada koneksi, tidak ada hubungan, tidak ada jalinan, tidak ada ikatan. Aku bagaikan uap yang sepertinya menghilang begitu saja dari kehidupannya.
Aku bisa memahami itu. Aku merasa bisa memahaminya, tapi tetap saja aku tidak paham.  Dia terasa begitu jauh. Meskipun aku mencoba lebih agresif, tetap tidak ada gunanya. Jadi, aku hanya bisa menerimanya.
Aku sekarang sedang terpaku pada posisi antara pikiran negatif dan pikiran positif. Benar-benar emosi yang labil. Bisakah aku bertahan sampai 5 bulan ke depan? Satu bulan saja terasa begitu berat. Apa Tuhan sedang mengujiku? Kalau iya, aku akan berusaha lulus dari ujian ini dan kumohon setelah ini aku diberikan happy ending. Aku tidak mau setelah berusaha begitu akhirnya aku tidak mendapatkan hasil yang kuharapkan.
Tapi meskipun begitu, aku masih takut untuk memohon. Selama ini aku selalu mempercayakan semuanya pada Tuhan, aku juga selalu mengikuti kata hatiku, tentu saja setelah mempertimbangkan banyak hal dari berbagai macam sisi dan sudut.
Aku bukanlah makhluk yang tak berpikir. Beliau yang paling tahu apa yang terbaik bagiku.
Aku hanya ingin mengakui bahwa sebagian hatiku, sebagian jiwaku, sebagian pikiranku masih tertinggal disana. Bila saatnya tiba, semua akan kembali kepadaku.

クタビーチおやすみなさい
好きなひともおやすみなさい
みんな、おやすなさい
🌸🍀

Sabtu, 29 Juli 2017

Suki na Hito Ga Iro Koto Part 4

Seminggu setelah meninggalkan Kuta, aku kembali lagi tapi tidak bisa langsung kesana. Gungmas sakit, sehingga selama beberapa hari aku menunda keinginanku untuk ke Kuta.
Tiga hari tiga malam aku menginap di rumah paman di Batubulan, baru di hari ketiga pada sore harinya aku pergi ke rumah Gungmas di Ketewel. Besar harapanku untuk bisa ketemu dengan Masa. Tapi mengingat bahwa temanku sedang sakit, aku tidak bisa begitu saja meninggalkannya. Benar-benar sangat dilematis. Tapi, aku tidak ingin menyesali itu. Aku mempercayakan kepada Tuhan apapun yang terjadi, aku berharap beliau mengaturnya sedemikian rupa agar sesuai dengan apa yang beliau rencanakan. Aku memang merasa sedih. Tapi, aku belajar untuk ikhlas.

Hari pertama di rumah Gungmas, aku mengambil passport sendirian, rencananya aku akan ke warung di Kuta sekembalinya dari Kantor Imigrasi. Tapi, semua rencana itu pupus sudah karena Gungmas mendadak mengatakan akan pulang kerja lebih awal karena sakitnya. Aku mengurungkan niatku ke warung. Padahal itu adalah kesempatan langka tapi Tuhan mengujiku. Mana yang kuutamakan, teman atau keegoisan hatiku? Itulah yang kupikirkan. Entah kenapa aku tidak bisa mengatakan dengan jelas apa yang kuinginkan sebenarnya. Aku juga tidak bisa mengungkapkan kekecewaanku. Aku tidak mungkin menyalahkan apa dan siapa. Aku berusaha menerima.

Barulah pada keesokan harinya, aku memberanikan diri, meskipun aku malu, aku ingin mengungkapkan sekali saja dalam hidupku keinginanku. Maka dari itu, aku memutuskan untuk ke Kuta karena hari itu adalah hari terakhirku disana. Aku meninggalkan gungmas yang masih terbaring sakit. Entah kenapa dia seolah tahu apa yang sedang terjadi. Seolah sangat terlihat jelas bahwa aku menyukai Masa tapi kemungkinan bahwa perasaanku tidak akan  terbalas juga terlihat sangat jelas. Aku merasa sedang dikasihani. Saat berangkat menuju pantai Kuta, ada banyak hal yang kupikirkan. Aku sudah berencana akan mengungkapkan isi hatiku padanya. Aku memikirkan cara seperti apa yang akan kulakukan. Aku memikirkan tentang bagaimana reaksiku nanti bila mendapat penolakan. Atau bagaimana reaksinya, apa yang dia pikirkan tentangku. Dalam perjalanan sekitar satu jam itu, di  satu sisi terasa begitu berat tapi di sisi lain terasa begitu ringan. Ada perasaan takut yang begitu dalam, ada juga perasaan bahagia. Aku mulai memikirkan bahwa aku tidak harus mendapat jawaban darinya. Paling tidak itulah yang terpikir saat itu. Tapi, tentu saja khayalan liarku tidak menginginkan itu. Aku sudah mengkhayalkan masa depan dengannya, tentang bagaimana aku dan dia akan menjalani sebuah hubungan, tentang bagaimana bila annti kami menikah, tentang bagaimana bila nanti kami memiliki anak, tentang bagaimana nanti aku akan menemui keluarganya. Semua khayalan itu penuh dengan harapan, aku tidak bisa membayangkan kalau akhirnya tidak ada satu pun khayalan itu akan menjadi nyata.

Begitu sampai di pantai Kuta, radarku aktif seketika. Dalam sekali lihat, entah kenapa aku tahu dia berada disana. Dari parkiran yang cukup jauh aku bisa melihatnya, duduk di sebuah warung di sebelah timur dari warung keluarga temanku. Aku mengulum senyumku, merasa diri begitu luar biasa hanya karena jatuh cinta.

Aku berjalan mendekatinya, begitu dia menyadari keberadaanku aku menyapanya lalu mengambil duduk di sebelahnya. Kami ngobrol cuma sebentar karena dia kembali sibuk dengan ponselnya, dan tidak ada hal yang bisa kami bicarakan. Entah kenapa aku tidak bisa menjadi diri sendiri saat bersamanya, maksudnya aku menjadi jauh lebih pemalu, dan lebih memperhatikan mannerku. Hello, aku tahu aku memang seperti itu, aku memang jaim, tapi apakah aku sejaim itu? Tidak, aku tidak jaim di hadapannya, hanya saja, aku tidak tahu apa yang harus kubicarakan. Apa aura yang dia berikan terasa tidak bersahabat?  Entahlah.

Akhirnya aku memutuskan untuk ke warung temanku. Bertemu dengan keluarga temanku yang baru aku temui tadi pagi, lalu mulai membantu beres-beres. Tidak banyak yang kulakukan, hanya membantu melap sendok. Pekerjaan pertamaku saat pertama kali ikut bekerja disana.

Hari itu aku sedikit down, walau bagaimana pun kerasnya berusaha, aku sulit sekali menjadi dekat dengan Masa seolah-olah ada tembok penghalang besar di antara kami. Sampai pada detik itu, mungkin dia masih menganggapku orang asing.

Pagi menjelang siang hari itu, setelah selesai beberes, aku duduk saja di kursi tempat biasaku duduk. Tak berapa lama, ajik memanggil Masa untuk menyuruhnya makan. Dia pun mendekat ke warung lalu duduk di kursinya dan memulai makan. Aku tidak begitu ingat apa yang dia makan saat itu dan apa yang kulakukan. Aku juga tidak ingat apakah setelah makan dia merokok atau langsung menuju pantai. Yang paling kuingat hanyalah, di antara kami tidak ada kemajuan sedikit pun. Aku merasa down sepanjang waktu karena meskipun aku ingin melakukan banyak hal, aku tidak bisa melakukannya.

Siang itu, ia memulai aktivitas membersihkan pantai, seperti biasa, dia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Aku duduk sambil menghela napas panjang, di kursi tempat biasanya dia merokok. Tak lama kemudian datang sebuah pesan messenger darinya, "まっててね" isi pesannya. Aku tidak bisa menyembunyikan perasaan senangku, aku tidak bisa menyembunyikan senyumku. Meskipun kutahan, rasanya aku ingin melompat-lompat kegirangan.
Lalu, ketika dia kembali, coba tebak apa yang terjadi. Yap. Sekali lagi kukatakan, tidak ada yang terjadi. Ia kembali, entah apa yang dia pikirkan, ia akhirnya pergi dengan motornya. Aku kembali down. "Apa-apaan dia, sebentar-sebentar membuatku terbang tinggi melambung di angkasa, sebentar-sebentar dia membuatku tenggelam ke dalam lautan nan dalam."
Akhirnya kuputuskan untuk pulang ke Ketewel, dengan sedikit perasaan kecewa. Setelah melayani beberapa pelanggan dan warung mulai sepi, aku duduk terdiam di kursi favorit Masa sambil memainkan ponsel. Bertukar pesan dengan Gungmas. Aku sudah pasrah dan berpikir untuk pulang lebih awal, lagipula hari itu aku memang berjanji pada gungmas untuk mengantarnya ke dokter.
Karena warung sepi Gustu tidak melakukan apa-apa, akupun disuruh makan dengan membuat makanan sendiri. Saat itulah aku sadar ada Masa di warung, sedang duduk sambil merokok di kursi tempat biasaku duduk menunggu pelanggan.  "Huh, kapan dia datang? Kenapa? Bukankah biasanya dia baru akan kembali ke pantai sekitar jam 5 sore?" Saat itu masih sekitar jam 3. Aku sempat mengambil fotonya dari belakang, bagian favoritku dari tubuhnya. Punggung. Entah kenapa aku senang melihat punggungnya.

Siang menjelang sore hari itu, pertama kalinya aku masuk ke dapur warung untuk memasak. Aku tidak tahu memasak apa, yang terpikir olehku hanyalah nasi goreng, karena itu makanan termudah yang bisa kumasak. Aku malu mengakuinya, sebenarnya saat itu aku sengaja menambahkan porsi nasi untuk nasi goreng yang kumasak karena aku menyimpan harapan nantinya bisa memberikan masakanku pada Masa. Aku memasak nasi goreng yang seperti biasanya kumasak. Aku tidak cukup percaya diri pada masakanku tapi aku ingin melakukan sesuatu untuk seseorang yang kusukai, oleh karena itu kupikir tidak apa-apa.
Demi mendapatkan alasan yang bagus untuk mengajak Masa makan, aku menawari Gustu dan Ajik makan terlebih dahulu, meskipun as expected mereka menolak. Barulah kutawari Masa makan, dan aku tahu dia tidak akan menolak makanan. Tak lupa aku juga memberikan nasi goreng buatanku pada Gek Devi.

Aku mengatakan pada Masa bahwa nasi goreng itu buatanku, bahkan sampai saat ini aku masih tersenyum-senyum saat mengingatnya. LOL.
Dia duduk di kursinya bersiap untuk makan sementara aku mengambilkan telur dadar untukku dan dia. Saat dia memakan masakanku sesendok, "Hooohh enak yo!" Serunya. Aku benar-benar malu. Aku tidak berhenti tersenyum dan merasa senang meskipun aku menyadari masakanku tidak seenak seperti yang dia gambarkan, maksudku nasi goreng buatanku sebenarnya tidaklah enak, benar-benar tidak enak. Percayalah.
Aku lalu duduk berhadapan dengannya sambil memberikannya setengah telur dadar yang kuambil. "Dou desu ka?" Tanyaku. Berulang kali dia menjawab "enak enak!" sambil makan dengan lahap, dan berulang kali pula aku bertanya, "hontou?" sambil menyangsikan jawabannya. Meskipun pada akhirnya aku mengucapkan "arigatou" atas reaksinya yang sedikit berlebihan bagiku dengan sedikit keraguan. Tapi aku benar-benar merasa senang, karena satu keinginanku telah terkabul, membuatkan makanan untuk Masa.

Seperti biasanya, Masa makan dengan sangat cepat dan menghabiskan semua yang ada di piringnya sampai bersih, sementara aku makan sangat lambat, sambil berusaha keras menghabiskan masakanku sendiri. Selain karena rasanya yang memang kurang enak, porsiku juga terlalu banyak. Saat itu, Masa tidak meninggalkanku. Anehnya dia menemaniku makan, dan itu membuatku cukup senang, aku makan sambil memperhatikannya. Hal yang biasa dia lakukan adalah membersihkan giginya lalu menyelipkan tusuk gigi itu di telinganya. Lol.
Aku mungkin terlalu gila untuk menerima kebiasaannya itu. Aku tidak tahu bagaimana wanita lain akan menanggapinya. Bagiku itu hal yang imut. Lol.
Tak berapa lama Gek Devi kembali ke warung dengan membawa sisa nasi goreng yang kuberikan padanya, yang akhirnya harus dibuang karena porsinya kebanyakan, dia juga mengatakan kalau nasi goreng buatanku kurang kecap dan saus. Aku tidak kecewa mendengarnya, aku justru merasa kasihan pada orang-orang yang memakan masakanku, karena sepertinya seleraku berbeda dari orang lain. Mungkin karena itu juga aku tidak begitu percaya diri memasak untuk orang lain.

Setelah aku berhasil menghabiskan makananku, aku mengambil piringku dan piring Masa untuk kucuci. Aku selalu ingin melakukannya. Dan memang sudah beberapa kali kulakukan. Ketika suasana sudah mulai tennag sedikit, terjadi hal yang tidak kusangka-sangka. Ada tamu datang dan meja tamubmasih kotor! Kami panik dan segera membersihkan meja, segera mengambil pesanan dan memenuhi pesanan. Mungkin karena ikut terbawa suasana panik, Masa pindah duduk ke warung sebelah. Saat suasana tenang, aku berpikir untuk mengajaknya berjalan-jalan di tepi pantai. Tapi, mungkin memang bukan rejekiku. Aku diingatkan untuk mengantarkan Gungmas ke dokter. Aku juga berjanji mengantarnya ke pasar Sukawati untuk membeli bahan banten persiapan untuk persembahyangan buda kliwon esok harinya. Dengan berat hati akhirnya kuputuskan meninggalkan pantai Kuta. Dan mengurungkan niatku mengatakan pada Masa mengenai isi hatiku terhadapnya.
Sebenarnya hari itu aku sedang melarikan diri, mengatakan bahwa tidak bisa mendapatkan kesempatan dan waktu yang tepat untuk mengatakannya. Itu hanyalah alasan. Karena sebenarnya aku takut. Aku takut hari itu akan mendapatkan penolakan. Aku mulai berpikir untuk menundanya sampai waktu kami akan bertemu lagi. Berpikir bahwa semua akan baik-baik saja.

Kuhampiri Masa yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya. Kukatakan padanya bahwa aku harus pergi dan tidak akan kembali ke Kuta dalam waktu dekat. Entah kenapa aku seperti merasa dia sedikit kecewa. Aku telah membuatnya kecewa.
Satu hal yang baru kusadari hari itu, bahwa beberapa orang di sekitar warung tampaknya menyadari bahwa aku memperhatikan Masa. Sepertinya orang-orang yang merasa aneh dengan keberadaanku disana menyadari bahwa kedatanganku adalah untuk Masa.
Saat aku mengucapkan perpisahan dengan Masa, seorang bapak pemilik warung yang ternyata juga merupakan salah satu keluarga ajik menghampiriku dan Masa, dia seolah tahu apa yang kurasakan terhadap Masa, dia membantuku menerjemahkannya, hanya saja aku segera memberi penjelasan bahwa aku pergi untuk mengantar Gungmas, karena dia berpikir aku tengah berusaha mengatakan ke Masa bahwa aku ingin mengajaknya ke PKB.
Bapak, ketahuilah bahwa hal itulah yang sangat ingin kulakukan pak, hanya saja tidak ada kesempatan lagi. Sepertinya.
Masih banyak hal yang ingin kulakukan untuk Masa. Ada banyak hal yang ingin kubagi dengannya. Aku ingin berbicara dengannya, aku ingin mendengar cerita-ceritanya meskipun sepertinya cerita yang akan dia sampaikan seputar pengalaman uniknya Lol. Aku ingin membuatkan berbagai masakan untuknya, aku ingin melihatnya makan dengan lahap, aku ingin melihat senyumnya, aku ingin melihat dia tertawa, dan tak lupa aku ingin memberitahukan judul lagu yang ingin dia ketahui. Seeeemuuuuaaannyaaaa...
Hari itu, sebagian hatiku, jiwaku dan pikiranku tertinggal di tempat itu. Di Pantai Kuta Bali.

Jumat, 28 Juli 2017

I Can Make Nasi Goreng for You Forever, Will You Eat it?

Hari ini aku mendapatkan kata-kata yang menurutku bagus untuk dijadikan sebagai kalimat pernyataan cinta.

"I can make Nasi Goreng for you forever, will you eat it?"

Perfect!

Benar-benar sempurna!

Kata-kata ini terinspiasi dari sebuah webtoon yang berjudul Oh, Holy!
Di salah satu episodenya sang tokoh utama cewek mengatakan "Aku bisa membuat kue untukmu selamanya" pada sang tokoh utama cowok.
Itu adalah pernyataan cinta.
Ya, itu pernyataan cinta.
Romantisnya~
😆❤

Karena aku hanya pernah buat Nasi Goreng untuk watashi no suki na hito, jadi kuenya aku ganti pakai nasi goreng, LOL

Udah gitu aja.
🍀

Kamis, 27 Juli 2017

Short Memory Lost

Sekitar 3 minggu yang lalu benar-benar lupa dengan kata "Dubai", 
Sampai-sampai batal memposting sebuah tulisan di blog yg akan membahas tentang Dubai.

Dua minggu setelahnya benar-benar lupa dengan kata "Spagheti"
Tepatnya Sabtu lalu, benar-benar have no idea gimana mengatakan spagheti. Akhirnya mengacu pada Pasta saja. Untungnya, agak2 mirip. LOL

Seminggu yang lalu lupa bawa ponsel ke tempat kerja,
Padahal ponsel sudah di depan mata tapi benar-benar tidak ingat untuk mengambilnya.

Dan hari ini lupa pakai jam tangan. LOL

Dan tidak bisa disebutkan beberapa peristiwa "lupa" yang kualami beberapa waktu belakangan ini. Contohnya, saat pagi berencana mau mampir ke pasar swalayan, tapi saat siang berpikir lagi apa tujuan kesana.  Akhirnya kubatalkan. 😂
Ada apa sih denganku akhir-akhir ini?

Apakah aku mengalami Short Memory Lost? 😂
Apa pula itu short memory lost? 😂
Ah sudahlah.
Ok, lanjut bekerja 😊

Rabu, 26 Juli 2017

Anata e no Tegami

あなたへ

ねえ、おぼえますか?
The first day we met,
It was at a place on one fine day with a nice breeze.
The waves are sound nice and the sun was warm.
Do you know,
the night of that day, I dreamed about you.
In my dream, the two of us were standing in front of a large deep hole.
It kind of dark, and I don't know what its content.
Were we walking on the path through that hole? I don't remember. The memory of that dream is fading away.
Then, on the same dream, as I remember, we walk on a road. It was some quiet road but we did't walk just the two of us. There were some people who lead us.
Were we going to a temple? I think, I remember something about temple from that dream.

Do you know,
God is always very kind to me.
When some important things are going to happen,
He gives me a lot of message through dream.
Sometimes, He can become somehow persistant because I am quite clueless and stubborn.
But, the truth is, I don't even understand the meaning of the dream.
I complain to God a lot, saying that I don't understand and to give me a real message. Lol
The last time I complain while said, "just don't give me anymore dream, I don't want to care anymore!"
That was when I was too tired of night that full of dream.
Then, after that, I got less and less dream, even if a dream come to me, I'll just forget it the second I open my eyes.
"Ah, I think I dreamed about something but can't remember a single thing about it", is what I usually think.
But then, a dream that contains a message come to me again. It's only a very very very very very important message.
Then, I think, God wants to tell me something about you. Because you are an important person for me.

Do you know,
A few years ago, I dreamed a lot about temples. Most of them are temples with a big beringin, one of them was in a grave.
I don't remember when it is, but the last temple appeared in my dream was a big temple with a high black wall. The wall was covered with some kind of plant, and inside the temple there was a very big beringin that cover almost all of the upper of the temple.
Until now, I don't know if that temple really exist or not.
Then, along with the dream of that temple, I dream about a person, a man. He is a tall with a white skin man. He wear Balinese traditional clothes standing in the gate of a small temple, it was a white and quiet temple.
I don't remember his face or what kind of expression he made.
"Who are you?"
Who is he?
I don't know.
But I think, he is the one that I'm waiting for my whole life.

Now, I am hoping that the man is you.
You come to my life in such a right time.
And the important thing is that "I fall in love with you"
You know that a thing called Love is not an easy thing. It's not about a word.
It's a feeling.
That's why, someday, I'll properly convey my feeling tiward you.
That's why, please wait for me.
Because, I've been waiting for you my whole life.
But, there's also a question, is that really you?

The truth is, I don't care about such thing anymore. The one I love is you, so I'll just love you. I want to spend my life with you, to support you and serve you as my life partner. 🌸🍀

わたしより

Senin, 17 Juli 2017

Eat Well, Live Well

Hari ini di halaman facebookku, aku menuliskan sebuah pesan. Itu adalah pesan tersembunyi, kutujukan untuk Masa.

Malam ini, saat makan malam, aku berpikir bila seandainya ada seseorang yang duduk di depanku, berhadapan lalu makan bersamaku. Tidak peduli bagaimana bentuk dan rasa makanan yang kubuat, orang itu memujinya dan mengatakan "enak" sembari makan dengan lahap.

Dalam benakku, aku mengingat bagaimana Masa melakukannya. Lol

Meskipun dalam hatiku aku tahu makanan yang kubuat tidak enak, tapi aku pikir, bukan bentuk atau rasa yang dinilai oleh orang itu tapi usaha. Aku mungkin menyadari bahwa pujian itu adalah kebohongan tapi aku akan tetap berterima kasih karena entah mengapa, meskipun aku malu, aku ingin melakukan peningkatan. Apa yang kumasak, adalah apa yang nantinya akan kumakan, dia juga makan makanan yang sama, jadi aku akan memasak dengan lebih baik nantinya.

Eat well, live well
Adalah mengenai hidup yang lebih baik.
Memikirkan bahwa orang yang dicintai makan dengan baik akan membuatnya hidup lebih baik.
Memikirkan bahwa bila aku memasak dengan lebih baik, aku bisa memperoleh cintanya dengan lebih baik. Dalam sebuah dorama jepang pernah kudengar kalimat, "Cinta itu datang dari perut menuju ke hati". Itu adalah ketika yang tokoh utama perempuan jatuh cinta pada masakan sang tokoh utama pria. (Lebih jelasnya silakan nonton dorama Hungry).
Aku ingin menjadikan hobi memasak ini sebagai "charm"-ku karena aku tidak memiliki apa-apa yang bisa kubanggakan.

Jadi, seperti inilah caraku menarik perhatianmu. Kamu mungkin tidak menyadarinya.
Tapi, aku ingin sekali kamu tahu bahwa pesan itu ditujukan untukmu.
Please eat properly.
おやすみなさい (∩ˊᵕˋ∩)・*

Srdjan from Serbia

Pada postingan sebelumnya, aku membahas sedikit tentang pertemuanku dengan turis eropa bernama Srdjan (baca: Sarjan) yang berasal dari Serbia. Kali ini aku akan menulis tentangnya karena menurutku dia memiliki kepribadian yang menarik dan sangat mudah diajak ngobrol.

Saat itu, awalnya aku duduk di tempat biasa menunggu tamu, saat akhirnya dia memutuskan untuk makan disana. Aku menuliskan pesanannya, memberikan pada Gustu agar segera dibuatkan, lalu kembali lagi duduk di tempat semula. Melihat dia sendirian, aku memberanikan diri mengajaknya ngobrol. Itu pertama kalinya aku mengajak turis ngobrol dan tidak menyangka akan mendapatkan respon yang sangat positif. "Waw, turis ternyata hanya butuh satu kata untuk mau membuat obrolan" pikirku.
Katakan "hello", mereka tipe manusia yang open-minded, karena itulah mudah diajak bicara. Atau cobalah buka dengan, "where are you from?".
Tidak semua turis sama terbukanya, tergantung dari seberapa tebal tembok di sekelilingnya. Lol
Dan untuk Srdjan, aku rasa dia punya tembok yang cukup tebal, hanya saja dia selalu menyediakan pintu di beberapa sisi temboknya. Hampir sama sepertiku.
Setiap manusia sebenarnya sama, semua punya tembok itu. Yang membedakan hanyalah apakah tembok itu tebal atau tipis, kalau tipis berarti orang itu begitu terbuka, temboknya mungkin bisa dengan mudah ditembus atau dirobohkan. Kalau tebal, cenderung kuat pendirian dan sulit ditembus. Pertanyaannya adalah apakah orang dengan tembok tebal itu selalu menyediakan pintu? Kalau ada pintu, apakah pintunya terkunci rapat, ataukah bisa dibuka dari luar ataukah harus dibuka dari dalam? Bila kita membicarakannya semakin dalam maka tak akan habis dalam satu postingan. Lol
Mari kita skip saja filosofi tentang manusia bertembok. Mungkin akan kubahas dalam postingan yang lain.

Kembali pada Srdjan.
Srdjan lahir dan besar di Serbia, sebuah negara kecil di Eropa yang baru-baru ini kuketahui merupakan perpecahan dari Yugoslavia. Kalau tidak salah, Serbia memisahkan diri dari Yugoslavia sekitar tahun 1999, setahun setelah peristiwa Trisakti di Indonesia. Saat membuka obrolan aku menanyakan padanya, "How's your country look like?" Dia menjawab, "Itu sebuah negara kecil yang tidak memiliki pantai, bahkan di negaraku hanya ada satu sungai yang membentang, selebihnya adalah hutan." Dia tidak begitu bersemangat menceritakan tentang negaranya. Aku bisa menyadari, bukan berarti dia tidak bangga pada negaranya sendiri, hanya saja mungkin tidak begitu banyak yang bisa diceritakan. Dia memuji Bali, mengatakan bahwa di Bali terdapat segalanya. Bali memiliki semuanya. "You're lucky to have live in this kind of place, Bali is amazing." katanya.

Beberapa kali Srdjan membandingkan negaranya dengan Bali.

Bersambung~

Jumat, 14 Juli 2017

A Goddess Who Bring Happiness

A goddess who bring happiness,
That's the meaning of my name.
My mom gave me that name in her hard life,
I was born when my family had nothing,
When life was not good enough for a living.
When I was born,
she wanted me to become a child who will bring happiness to her life.
I'm the first child in my family,
Up until now,
I don't know how to make her happy.
To be given that meaningful name,
I don't know what to do.
When I was a child, I hardly smile,
My childhood was quite tough,
Everything make me hate about the world.
Everytime, as I remember, I always ask myself, why should I've been born?
I hate my life,
Until that day,
An untie of mine,
the oldest sister of my father told me to smile.
I don't know how she do that.
But, I slowly,
Gently,
Gradually smile.
But, I still hate the world. Lol
I regreted my life,
Now that I've told this story of mine,
I think that my life is full of regret.
As a child, I regret my birth.
Why do I have to be born?
I always ask myself that question.

As time passed by,
I gradually understand about life.
As I become a rebel,
become a teenager,
and gradually mature,
Slowly but sure,
I become grateful of my life.
Now that I become an adult,
I surely feel that my life is such a blessing.
I smile a lot,
Laugh a lot,
And be thankful everyday.
I don't know why,
But, now I'm happy with my life,
I'm grateful that I was born.
All I do is accept.
That's why, I have no regret now.
I want to live in the God way,
So, I accept everything that come to my life.
I mean, all the good parts and the bad parts.
Acceptance is an important matter in life.
Everyone should do it. Lol

Back to the topic about the meaning of my name and the relation to my family and mom,
up until now,
I've done everything to make my parents not to disappointed of me.
I study well,
I live well,
I don't do unnecessary thing,
I make my own rule to myself,
Everything that I do,
I do it for my parents.
I don't want them to be ashamed having me as their child.
That's what I think.
Then, as I become adult,
I found that my parents is not happy with their life.
Why is that?
Everything that I do gone invain.
They have no meaning to them.
But, I don't think much about that.
I'm doing my best until the end.
I'm doing my best for my own satisfaction then.

And now, at this age,
I still can't do anything about them.
My birth was supposed to make my parents happiness but,
it's not like that afterall.
When my mom complains about her life,
I couldn't say even a word.
I can't do anything.
Why is that?
Deep inside, I'm disappointed.
But, I couldn't do anything.

At this age, I should be worrying about myself.
At this age to be single,
unmarried,
It such a shame.
But, I can't help it.
I perhap too scared to marry.
My parents marriage life truly scare me.
I'm afraid.
What if I'll not happy like them?
There are a lot of what ifs.
But, I truly want to be happy.
I truly want to bring happiness to my mother.
I truly want to make my parent have a happy marriage life.
I pray for that evertime.

A goddess who bring happiness report to you. 🍀

Jumat, 07 Juli 2017

Tanabata July 7th

Hari ini memiliki tanggal yang bagus. 07-07-2017. Memang masih lebih bagus tanggal yang sama 10 tahun yang lalu tapi semua memiliki arti tersendiri.

7 Juli
Hari ini masyarakat Jepang merayakan Tanabata. Hari Tanabata adalah perayaan untuk pasangan kekasih Orihime dan Hikoboshi yang hanya bisa bertemu setahun sekali di perayaan Tanabata ini. Kisah cinta yang sarat makna, penuh kesabaran, dan bila dipikir-pikir sangat menyedihkan.
Selalu ada dua sisi dalam setiap kisah. Sisi yang putih dan sisi yang hitam. Seperti Yin dan Yang.
Dalam kisah asmara Orihime dan Hikoboshi, ada sisi yang dimaknai romantis sementara sisi lainnya begitu menyedihkan. Sangat tidak adil bila dua insan yang saling mencintai hanya diperbolehkan bertemu setahun sekali, itu pun hanya sehari. Hatiku terasa sakit ketika memikirkannya.

Pertemuan setahun sekali itu menjadi begitu romantis, mengingat betapa beratnya menjalani satu tahun tanpa orang yang kita cintai di sisi kita. Setiap saat ingin bertemu, setiap waktu ingin melihatnya, ingin melayaninya, ingin selalu berada disampingnya tapi tidak bisa. Bila itu aku, bisa dibilang itu menjadi hari-hari yang sangat berat. Tapi bila kekasihku memahami hal ini, ia juga pasti merasakan hal yang sama.

Hari ini, di perayaan Tanabata, aku ingin membuat sebuah permohonan. Orang Jepang percaya bahwa di hari Tanabata adalah hari yang tepat untuk membuat permohonan tentang cinta. Berharap agar bintang vega dan altair bertemu dalam aliran bintang, dan berharap agar cinta keduanya tetap abadi.

Bila itu aku, maka permohonanku adalah agar "orang yang kucintai mencintaiku juga dan kami bisa hidup bahagia bersama selamanya, hingga akhir hayat.
Itu bukan permohonan yang ringan." Bahkan sangat berat.
Mungkin juga sulit.
Saat aku membuat permohonan itu aku telah menolak mempercayakan pasangan hidupku pada Tuhan, karena aku tidak meminta jodoh. Tapi kalau bisa, dalam catatan kecil permohonanku mungkin akan kutuliskan, "buatlah agar orang yang kusukai menjadi jodohku".
Kesannya begitu memaksa. Tetapi seperti itulah yang selalu kupikirkan.
Untuk apa selama ini aku mengabaikan perasaanku sendiri, mengabaikan sesuatu sebesar cinta, seistimewa cinta, untuk menjalani sebuah hubungan yang bisa berhasil? Tidak. Tidak akan ada hubungan yang behasil tanpa didasari cinta. Karena itu aku membuat keputusan besar dalam hidupku, keluar dari perasaan terkekang dan terkungkung, lalu di saat aku telah keluar aku jatuh hati pada seseorang.
Dia yang tidak pernah kuduga, membuatku jatuh hati bahkan sebelum bertemu dengannya. Hanya dalam waktu yang begitu singkat, aku terpikat.
Ketika aku merasakan cinta ini, apakah aku harus merelakannya dan tidak memperjuangkannya? Hey, aku tidak bisa berdiam diri begitu saja. Perasaan cinta itu sesuatu yang luar biasa. Aku tidak bisa mengabaikannya.

Kumohon, Orihime-sama, Hikoboshi-sama, satu kali ini saja dalam hidupku, kumohon wujudkan cinta ini. 🙏

Iikoto arimasu youni 🙏

With love❤
happy 🍀

Kamis, 06 Juli 2017

Mirai no Watashi e no Tegami

Surat untukku di masa depan.

Halo, diriku di masa depan, apa kabarmu?
Berapa umurmu saat ini?
Apakah sekarang 8 tahun ataukah 15 tahun lamanya sejak aku menulis surat ini?
Masihkah kamu berkutat pada roda kehidupan yang selalu berputar dengan pasti?
Masihkah kamu menghadapi ujian-ujian dari Tuhan untuk memperkuat mentalmu?
Ataukah, ujian itu untuk membuatmu belajar lebih banyak lagi tentang kehidupan?
Masihkah ada banyak hal yang belum kamu pahami tentang hidupmu?
Mampukah kamu menghadapinya?
Apakah kamu masih bisa berdiri sendiri di atas kedua kakimu?

Aku disini baik-baik saja. Saat aku menulis surat ini, aku sedang menangis. Mengenangkan bahwa kamu akan membaca surat ini akan membuatmu ingat pada diriku saat ini. Aku di masa lalu yang mungkin sangat membuatmu malu, aku masa lalumu yang mungkin juga membuatmu sangat bangga. Yang manakah aku?

Aku menulis surat ini ingin mengingatkan padamu tentang satu hal. Masih ingatkah kamu di masa yang jauh telah lampau, kamu mempunyai mimpi yang begitu besar? Kamu mempunyai harapan-harapan yang begitu tinggi tentang masa depan. Kamu memendam banyak hal, bermimpi dalam diam sambil terus berjuang meraihnya. Aku mulai bertanya-tanya, kalau saja aku mengutarakan semua mimpi itu secara gamblang, apakah semuanya akan menjadi nyata? Bagaimana denganmu disana?
Masihkah kamu diliputi banyak pertanyaan dalam kepalamu? Penasaran dengan berbagai macam hal? Selalu tertarik pada sesuatu seperti magnet.
Tahukah kamu, saat ini aku benar-benar penasaran dengan seperti apa kamu disana. Masa depan seperti apa yang akan kuhadapi? Apakah kamu bahagia? Kamu sadar betul itulah mimpi paling besar dan harapan paling tinggi dalam hidupmu. Menjadi bahagia.
Percayalah bahwa saat ini aku bahagia. Di masa ini kamu hidup dengan banyak bersyukur, kamu terus belajar dan terus berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Bagiku kamu telah hidup dengan baik. Kamu menjalaninya dengan baik. Kamu sering mengeluh dalam hati tapi kamu tidak mengungkapkannya. Menurutku itu hal yang baik karena setiap keluhanmu menguap bersama senyum yang kamu umbar setiap hari. Kamu adalah orang yang penuh dengan berkat. Apakah di masa depan kamu masih sama sepertiku?

Bagaimana kehidupan karirmu? Apakah semuanya berjalan lancar? Masihkah kamu menjalani profesi sebagai pendidik? Bagaimana murid-muridmu, apakah mereka sama nakalnya dengan murid-muridku saat ini? Yang pasti, aku selalu berpikir bahwa murid-muridku adalah anak-anak yang baik dan mereka bukanlah anak yang perlu pintar sejak dini, mereka masih akan banyak belajar. Apakah kamu masih mengajari mereka tentang kehidupan? Bagaimana menjaga alam, bagaimana bertahan hidup meskipun dalam kesulitan, berbagi cerita-cerita keseharian yang akan membuat mereka belajar satu atau dua hal, menambah pengetahuan dan wawasan mereka. Apakah kamu masih melakukan itu? Apakah kamu dicintai murid-muridmu? Meskipun tidak penting mereka mencintaimu atau tidak, yang terpenting kamu mencintai mereka dan masih berusaha melakukan yang terbaik untuk mereka. Dan, rekan-rekan kerjamu, seperti apakah mereka? Aku tahu kamu adalah orang yang perlu banyak waktu untuk beradaptasi, apakah kamu beradaptasi dengan baik? Kuharap mereka adalah orang-orang baik yang bisa membuatmu menjadi pribadi yang selalu melakukan kebaikan. Kuharap mereka mampu menuntunmu, mengarahkanmu untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Bagaimanakah keluargamu? Apakah kamu kamu masih sering mengabaikan keluh kesah ibumu? Apakah kamu masih melarikan diri dari prahara rumah tangga kedua orang tuamu? Apakah kamu menangis saat membaca bagian ini? Mengingat betapa rapuhnya hatimu, bagian ini pasti menjadi bagian yang paling menyakitimu. Percayalah bahwa aku menangis saat menulis bagian ini. Hal yang paling kamu sesali dalam hidupmu mungkin adalah kehidupan orang tuamu yang carut marut, membuatmu tidak paham, tidak ingin mengerti, membuatmu ingin lari, membuatmu ingin berteriak dengan sekeras-kerasnya. Apakah kamu masih percaya bahwa tidak yang bisa memahami perasaanmu itu? Kamu bukan orang yang suka mengeluh, jadi tidak mudah bagimu mengungkapkan apa yang sebenarnya kamu rasakan. Masihkah kamu berpikir bahwa orang lain cukup tahu sedikit dan sebagian saja tentang dirimu yang sesungguhnya? Masihkah kamu menutupinya dengan senyum dan candaan? Aku berharap keluargamu, keluarga kita telah berubah ke arah yang lebih baik di masamu. Di masaku mereka masih dan terus dalam masalah, kuharap di masamu kamu sudah bisa berbagi senyum dan tawa bersama-sama.

Bagaimana saudara-saudaramu? Bagaimana kabar kedua adikku di masamu? Kuharap mereka baik-baik saja dan masih memiliki hubungan yang harmonis denganmu. Kamu harus ingat bahwa di tempat yang paling gelaplah akan ada cahaya yang paling terang. Kamu tidak bisa meminta semua harus dalam keadaan sempurna. Pasti ada celah, entahkah itu celah dengan kegelapan atau celah dengan cahaya terang. Kedua hal itu tidak bisa kamu hindari dalam hidup. Kamu punya orang tua yang tidak bahagia dan tidak harmonis, setidaknya saudara-saudaramu harmonis dengamu. Tetaplah bersyukur.

Dan tibalah saatnya pada hal yang paling membuatku penasaran. Apakah di masamu sekarang kamu sudah menikah? Masih ingatkah kamu, di masaku saat ini adalah saat-saat yang begitu menyebalkan. Usiaku yang mulai mendekati 30 tahun dengan status lajang bahkan tanpa pacar membuatku khawatir tentang pernikahan. Beberapa kali kamu sempat dihibur oleh harapan bahwa kamu akan menikah dari pacar-pacarmu yang sebelumnya. Apakah kamu masih ingat mereka? Mereka tidak memberimu harapan palsu, kamu menyadari itu. Hanya saja kamu terus diliputi keraguan, kamu masih mempertanyakan apakah kamu akan bahagia jika bersamanya, atau dia dan dia? Aku sadar betul mengapa pertanyaan itu terus muncul dalam benakmu. Itu karena kamu tidak punya cinta. Kamu tidak mencintai mereka. Apakah kamu masih mengingatnya? Aku adalah orang yang percaya bahwa cinta sejati itu ada tapi aku menolak bahwa aku mempercayainya. Kamu tahu kenapa? Karena aku belum menemukan orang yang tepat. Dan aku tidak pernah tahu siapa orang yang tepat itu, dimana dia berada dan bagaimana aku akan menemukannya. Apakah kamu masih ingat, bahwa aku bukan orang yang berharap pada jodoh? Dalam setiap doaku, aku sudah tidak lagi memohon jodoh sejak lama. Yang selalu kudoakan adalah agar orang yang kucintai mencintaiku juga dan kami bisa hidup bahagia bersama. Kamu masih mengingatnya?
Saat ini, ketika aku menulis surat ini, sebenarnya aku sedang jatuh cinta. Di masamu, kamu mungkin akan malu bila mengingatnya. Apa yang kulakukan sekarang, apa yang kurasakan sekarang, bahkan aku sendiri merasa malu. Ini memalukan tapi aku tetap melakukannya. Karena orang yang kucintai saat ini adalah orang yang luar biasa. Dia adalah orang yang mampu mengubahku bahkan tanpa dia sadari. Mengenalnya membuat filosofi hidupku bertambah. Hanya dengan deskripsi itu saja apakah sudah cukup mengingatkanmu padanya? Orang yang kucintai itu tanpa perlu melakukan apapun sudah bisa membuatku tersenyum, memikirkannya membuatku berdebar-debar, dia juga bisa membuatku sedih sedalam-dalamnya, tapi aku masih bisa mengikhlaskannya, dalam artian aku mempunyai impian dan harapan besar terhadapnya tapi aku sadar dimana tempatku. Aku sering mempertanyakan apakah aku cukup pantas untuknya? Dia mulai memenuhi halaman blogku. Bila kamu membaca kembali semua curhatanmu tentangnya kamu pasti akan mengingat dia.
Kamu mungkin masih ingat bahwa sudah sejak lama aku mengabaikan teriakan hatiku. Hatiku, hati kita adalah hati yang menginginkan kebaikan. Hatiku, hati kita lebih ingin memberi daripada diberi tapi juga memiliki banyak ruang untuk diisi. Apakah kamu paham maksudku? Bila kupikirkan lagi, selama ini aku berusaha menerima apa yang orang lain beri dan berusaha pula membalasnya tapi semua selalu terasa tidak benar, tidak tepat. Sampai saat ini pun aku tidak tahu mana yang benar dan tepat itu. Bagaimana denganmu? Bila kamu telah menikah, apakah orang yang kamu nikahi itu adalah orang yang kamu pikir benar dan tepat? Bagaimana caramu memutuskan untuk menikahinya? Karena aku di masa sekarang hanya berpikir untuk menikahi orang yang kucintai. Entahkah dia mencintaiku juga, aku menjadi tidak peduli asalkan dia mau menerimaku, asalkan dia mau menikahiku. Aku ingin memberi. Aku ingin orang yang kucintai itu bahagia bersamaku, itu yang kupikirkan saat ini. Percayalah, saat ini aku dipenuhi pikiran-pikiran liar tentang masa depan dengannya. Maafkan aku yang sekarang bila di masa depan kamu pada akhirnya tidak bersamanya. Sepertinya aku mulai meragukanmu, perasaanmu, dan hidupmu bila ternyata kamu tidak bersamanya. Atau haruskah aku meragukan diriku, perasaanku dan hidupku bila aku tidak bersamanya pada akhirnya? Kita tidak tahu mana yang benar. Hidup harus tetap berjalan.

Mungkin akan ada surat-surat lainnya yang akan menyusul di kemudian hari dari masa ke masa dan waktu ke waktu. Semoga di masa depan kamu akan membaca surat dariku ini.

Dari dirimu di masa lalu yang selalu berharap kamu bahagia di masamu.

happy. ❤🍀