Dear Sunny...
Apa kabarmu disana? Apakah kamu adalah seseorang yang kini mulai muncul dalam diaryku? Aku merasa benang-benang yang panjang dan berliku, berjalinan kesana-sini, kini semakin jelas terlihat arahnya. Kuharap ini adalah untaian benang antara kamu dan aku. Kamu lelah dengan banyak hal dalam hidup ini tapi tetap memaknai segalanya seperti sesuatu yang berharga yang akan selalu menemui kebaikan. Dalam kepositifan itu kamu membuatku tersenyum. Aku juga lelah. Aku juga berusaha untuk keluar dari garis-garis kekangan dan ketidaknyamanan yang membatasi setiap gerak dan langkah, mencoba kabur dari perasaan terkungkung dan terperangkap. Entah aku atau kamu yang sebenarnya menemukan. Entah aku atau kamu yang sebenarnya ditemukan.
Dear Sunny... apakah kamu sudah memastikan bahwa benang yang terikat padamu terikat padaku juga? Apakah lilitan-lilitan yang tak jelas itu kini jelas bagimu? Kuharap itu aku. Aku sudah terlalu lama menunggu. Tapi, aku bersyukur kamu hadir saat ini. Karena, saat ini aku telah lebih dewasa dan sudah mulai dapat menguasai indriaku, aku sudah mulai dapat mengendalikan keadaan-keadaan dalam duniaku. Aku bukan lagi anak remaja yang kerjanya hanya merajuk. Aku saat ini, telah banyak belajar tentang kehidupan. Inikah rencana Tuhan? Kamu mempercayai itu. Aku tahu itu.
Dear Sunny... banyak harapan yang akan kubebankan padamu. Tidak hanya aku, tapi keluargaku juga. Mereka yang telah membujukku untuk memilihmu. Tapi bukan karena bujukan dan rayuan itu aku memilihmu. Aku memilihmu karena dirimu. Karena itu kamu, maka aku memilihmu. Banyak hal yang tiba-tiba menjadi hal yang tidak kusangka-sangka. Kamu lebih dari apa yang kubayangkan. Kamu tersenyum sambil mengulurkan tangan dan mengajakku melangkah bersamamu, meninggalkan masa lalu dan menuju masa depan.
Dear Sunny, apakah beban ini terlalu berat bagimu? Bagilah denganku.
Dan disinilah kamu mulai hadir dalam lembar-lembar buku diaryku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar