Aku merasa -entah sejak kapan- sulit berkompromi. Aku mungkin terlalu memikirkan dalam dalam semua perasaan kecewa yang kurasakan, aku bosan, aku muak dan jenuh dengan semua itu. Aku merasa telah menahan diri sampai batasku, tak mengeluh, tapi juga tidak bisa berkomentar terang-terangan. Aku tidak mengharapkan orang lain untuk paham perasaan terluka itu, aku juga tidak mengharapkan orang lain memberi sokongan, dukungan atau nasihat. Aku tahu bahwa aku bisa menyelesaikan masalahku. Apapun itu. Apa itu yang menyebabkanku membangun tembok terlalu kokoh terhadap orang lain? Aku memisahkan dengan jelas mana yang wilayahku dan mana wilayah orang lain lalu secara sadar aku tidak melewati batas-batas wilayahku, secara sadar pula aku tak menyentuh wilayah orang lain. Aku menjadi sosok berdarah dingin. Aku takut terluka, maka kuhindari hal-hal yang menyebabkan luka. Aku benci pertengkaran, maka kuhindari pertengkaran itu dengan hidup menyendiri. Aku melepas semuanya tak ingin stres sendiri. Apakah aku melarikan diri? Entahlah. Aku hanya merasa melakukan hal yang wajar. Aku menghindari apa yang tidak kusukai. Aku menjauhi apapun yang aku benci.
Aku tidak meminta pertanggungjawaban siapa siapa atas luka ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar