Selasa, 10 Juli 2018

Hati Yang Kosong

Dear blog,

Beberapa pekan ini, aku berada dalam status mood yang buruk.

Tapi daripada dikatakan badmood mungkin sebenarnya ada hal lain yang sulit dinyatakan dalam kata.

Aku terus berpikir dengan cukup mendalam. Aku mencoba menyelami ke dalam hati. Setiap kali kulakukan itu, aku menyadari bahwa di dalam hatiku tidak ada apapun. Hatiku terasa hampa.

Kadang aku memikirkannya lebih dalam lagi. Semakin banyak melihat senyum dan tawa orang lain, perasaan tersakiti orang lain, rasa frustrasi orang lain akibat hidupnya yang banyak masalah, tangisan orang lain yang kadang tak tanggung-tanggung di hadapan orang lainnya, semua itu semakin membuatku berpikir.

Misalnya saja saat aku memiliki pacar. Aku tidak bisa mengatakan "cinta" dari hati. Hanya di mulut dan itu pun kuucapkan hanya untuk menyenangkan hati pacar. Lama-lama itu menjadi terasa sangat hambar dan hati ini memberontak.

"Memangnya kamu tahu apa soal cinta sampai dengan entengnya diumbar-umbar?". "Memangnya seberapa tulus dan berharga sih kasih sayang yang kamu gaung-gaungkan itu?".

Pertanyaan-pertanyaan itu tidak pernah mendapatkan jawaban yang pas. Pada kenyataannya manusia itu terlalu egois dan sombong.

Aku sering mendengar lagu berbahasa bali dan berbahasa indonesia bertema "remeh" (bagiku) di radio, kadang tanpa sengaja mendalami liriknya dan berpikir, "kenapa sebagian besar lagu bali dan indonesia memiliki lirik yang bermaksud menyalahkan orang lain atas sakit hati seseorang?" Sejujurnya aku merasa itu tidak berkualitas. Sebagian besar lagu bertema patah hati mencari kambing hitam.

Manusia normalnya sama seperti itu.