Minggu, 21 April 2019

I am just a Little Lonely

Dear burogu~

Ohisashiburi da na~
Hari ini adalah minggu ke-4 aku pacaran dengan Yudistira, pria yang lebih muda hampir 6 tahun dariku.
Pacaran dengannya bukan tanpa kecemasan. Tiap hari kupikir dia mungkin akan berubah pikiran, atau akan menemukan seseorang yang mungkin dia rasakan lebih cocok dengan dirinya. Atau mungkin dia akan menemukan hal-hal yang tidak bisa dia terima dariku. Atau mungkin yang lainnya.

Aku merasa inferior. Insecure. Tapi, selalu berusaha untuk tidak merasa seperti itu. Apa stok kebahagiaanku telah habis? Aku mulai menjadi sensitif dan merasa tidak berharga. Sebentar lagi mungkin aku akan membangun tembok lagi. Aku benci diriku yang seperti ini.

Kenapa aku tidak bisa menjadi pribadi yang lebih ceria dan lebih optimis, lebih positif tanpa pikiran-pikiran negatif? Kenapa?

Kalau aku harus mengatakan dengan jujur kepribadian yang terpendam ini, apa itu tidak akan membuat dia merasa aku mengerikan? Aku tidak bisa mengatakan betapa sedih rasanya hatiku. Apa ini? Sebegitu besar harapanku padanya sampai aku sesedih ini?

Apa semuanya hanya sedangkal ini?

Minggu, 07 April 2019

Yudistira Punyaku

Dear Burogu~

Hari ini tepat 2 minggu aku berpacaran dengan Yudistira.

Pemuda 25 tahun itu secepat kilat mampu mencuri perhatianku. Dia mencuri hatiku. Aku merasakan sesuatu yang berbeda. Pada awalnya semua terasa menakutkan, saat mulai menemukan kecocokan dalam obrolan kami, saat aku mulai merasa tak sabar menunggu balasan text darinya, saat aku merasa berdebar-debar setiap kali chatting dengannya, saat aku merasakan kenyamanan dengannya.

Aku tidak pernah lupa menasihati diriku sendiri.

Aku dan dia terpaut usia yang cukup jauh. Bisa dibayangkan, saat aku mulai masuk Taman Kanak-Kanak, dia baru saja lahir. Saat aku menamatkan D2-ku, dia baru saja masuk SMA. Di tahun 2019 ini aku mencapai umur 31 tahun, dia baru saja menginjak 25 tahun. Tapi, tak pernah ada keraguan pada dirinya untuk memilihku.

Dalam text-nya dia mengatakan, I don't like rushing thing, but you should've known from the moment some random guy texting you all day, he's interested in you.

Aku juga tidak suka terburu-buru, tapi pagi dini hari itu aku berasa tidak sabar. Seperti hari-hari sebelumnya, berbalas text dengannya membuat darah di sekujur tubuhku mengalir lebih cepat, membuat jantung bekerja ekstra, menimbulkan perasaan hangat pada setiap detak jantungku. Aku tersenyum dalam kengerian akan rasa mendebarkan itu.

Tidak, tidak mungkin. Arienai! Iya muri. Muri muri muri, dame dame dame!

Berhari-hari sebelumnya aku meneriakkan kata-kata penyangkalan itu dalam hatiku. Aku bahkan mencari pembenaran untuk menyangkalnya dengan menanyai teman-teman di komunitasku namun gagal total. Aku justru mendapati kemungkinan dalam setiap penyangkalan. Kenapa aku menyangkalnya? Untuk apa? Kenapa menyangkal rasa nyaman itu. Setiap senyum yg mengulum tanpa dikomando itu, perasaan tidak sabar itu, semua menjadi semakin terasa menakutkan.

Sambil bercanda kujawab, I keep smiling all day because of that some random guy texting me.

Dia pun mengatakan "suka" dalam bahasa jepang. Kutanya "kenapa?" Dan dia menjawab dengan pertanyaan. "Do we need excuse to love someone?"

Aku tidak tahu kenapa, tapi aku merasakan kejujuran dalam setiap kata-katanya. Tidak ada pemanis. Dia mengatakan apa yang ada dalam pikirannya dengan polos.

Itu salah satu hal yang kusuka darinya. Selain itu, ada juga hal lain yang aku sendiri tidak paham kenapa hatiku memilihnya. Seperti sebuah keajaiban. Aku dan dia seperti sedang saling menemukan.

Kamu yang bernama Yudistira. Kamu sekarang punyaku.