Senin, 23 Januari 2023

I am Now 35 YO!

Dear burogu, 
Hari ini aku berulang tahun yang ke 35. Di saat teman-temanku sudah punya anak usia SD, anakku baru saja berusia 2 tahun 2 bulan. Aku tergolong terlambat menikah, iya, dalam katagori budaya ketimuran. 
Sampai di usia ini, banyak hal yang sudah kualami, asam garam kehidupan meskipun tidak semua asam di pegunungan dan tidak semua garam di lautan, yang jelas ada lah yang sudah membelajarkanku tentang hidup. Bukan dari cerita orang lain, bukan dari pengalaman orang lain. 
Meskipun begitu, kadang masih besar ego yang kubawa. Misalnya saja, aku tidak bisa menyembunyikan emosi marah dan kesal meski menekannya sekuat tenaga. Aku mudah menunjukkannya dengan sikap diam seribu bahasa. Malas bicara. Akibat das sein dan das solen yang tak seimbang. 
Di usia ini juga aku masih menjadi orang yang tidak mudah memaafkan. Tidak mudah pula melupakan perlakuan buruk orang lain. Yang jelas, aku masih selalu berusaha membalas kebaikan atau keburukan yang dilakukan orang lain kepadaku. Mulai dari perkataan hingga perbuatan. Otak ini tak mudah lupa. Kalau dipikir-pikir aku sangat pendendam. 
Di usia ini, aku mulai merasa tidak memiliki siapa-siapa. Perasaan sebatang kara, tidak mempunyai tempat untuk bersandar, tidak ada tempat yang original untuk bisa menjadi diriku sendiri. Ibaratnya, duniaku sudah tidak ada. 
Di usia ini aku hanya mengusahakan apa yang bisa diusahakan. Berat rasanya tapi semua harus dihadapi. 
Selamat ulang tahun diriku, selalulah jadi pribadi yang kuat. 

Minggu, 22 Januari 2023

Menikah Bukanlah Akhir tapi Sebuah Awal Ujian yang Baru

Dear burogu, 

Tanpa sadar sudah 3 tahun saja aku menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga. 
Ya, kehidupan berumah tangga yang kuidam-idamkan sangat jauh dari ini. Aku memang tidak berharap banyak, tapi ini sih kebanyakan yang tidak seperti harapan, sampai-sampai cepat muak dan lelah rasanya. 

Mulai dari suami yang seorang gamer. Syukurnya dia gak bossy ya orangnya. Mungkin karena penghasilannya jauh lebih kecil dariku dia pun banyak mengalah dan buatku jyga dia memang harus begitu. Paling tidak beberapa hal dalam pekerjaan rumah tangga harus dia kerjakan dong karena tidak mampu menghidupiku dan anakku seperti mencuci baju misalnya, meskipun kebanyakan pria di keluarganya tidak mau melakukannya dan pria yang mencuci baju istri dianggap rendahan. Dalam hati rasanya mau kucecar orang-orang yang berbicara seperti itu. Kayak yang udah berjasa banget buat istrinya sampe ya gitulah.. Emang lu udah ngidupin istri lu dengan benar, kenapa nyuci pakaian istri aja lu gak mau dan lu anggap haram?! Ngotak gak sih?! 
Andai kalimat itu bisa keluar dari mulutku. 

Aku memang tidak pernah berharap pada kehidupan pernikahan. Sejak awal, aku menyadari apa yang kuangan-angankan hanya bisa menjadi angan-angan saja. Makanya kuberangan-angan dan berandai-andai dengan bebas sebelum menikah, sebelum kenyataan menghantam. 
Semua orang ingin bahagia, ingin kehidupan rumah tangga yang harmonis, langgeng, lancar dan semua yang baik-baik. Tapi kenyataan tidak seperti itu sayangku. 
Ada pesan-pesan yang selalu kuingat yang memang orang sengaja katakan sebagai ancer-ancer kita akan menghadapinya kelak. 
Dalam pernikahan itu, pasti akan selalu ada masalah. "Jika kita rukun dan harmonis dengan suami, berarti bisa jadi kita tidak rukun dengan mertua, ipar, atau orang lainnya. Kalau tidak begitu mungkin kita akan tidak rukun dengan hal lain misalnya uang."

Lalu aku? 

Sejak awal menikah aku sudah menduga masalahku datang dari mertua. Kedua-duanya bermasalah. 

Disitu terkadang aku bersyukur. Tapi terkadang tidak bisa kusyukuri juga. Selalu ada nilai plus dan minusnya. 
Dan disinilah ujiannya. 
Kehidupan rumah tangga itu seperti game survival. Untuk menjalaninya antara kita memang kuat dan cerdas atau kita mungkin cuma beruntung saja bisa bertahan tergantung dari usaha yang kita lakukan. Tapi, aku yakin aku tidak seberuntung itu. Sampai sejauh ini aku sudah berusaha cukup keras. Intinya, cerdas menahan diri, ketahui musuhmu, pelajari cara mengatasinya dan selalu kuat.