Senin, 28 Januari 2019

This Feeling is Wrong

Dear Burogu,

Aku belum pernah berbagi tentang perasaan yang salah ini pada siapapun. Rasa yang salah ini bisa secepat kilat hilang seperti tak pernah ada, lebih tepatnya aku menahannya dan mengalihkannya.

Bukan karena "age gap" dimana dia seumuran dengan adikku, tapi karena dia adalah adik temanku.

Aku tak bisa membayangkan bagaimana perasaan temanku jika tahu aku menyukai adiknya. Bila aku berada di posisinya apa yang kira-kira kurasakan? Apa dia akan menentangnya habis-habisan?

Memikirkannya saja sudah membuatku menyerah duluan.

Aku menyukainya sejak pertama bertemu.

Itu sekitar bulan juli di tahun 2010.

Dia seorang adik laki-laki yang selalu menempel pada kakaknya, aku berharap punya adik laki-laki yang seperti itu juga. Tapi, dengan kepribadianku dan kepribadian adikku itu tidak mungkin.

Saat pertama kali bertemu dengannya, dia masih hanyalah bocah. Masih calon mahasiswa tahun pertama. Sementara aku juga saat itu baru beberapa minggu mengenal kakaknya. Kalo dipikir-pikir rasanya lucu juga.

Saat itu aku tertarik pada wajahnya.

Tapi, sekali lagi, aku harus menahannya karena dia adik temanku.

Apakah harus seperti ini terus?

Setiap kali menyukai seseorang atau tertarik pada seseorang selalu saja ada "tapi"nya, kadang-kadang aku ingin melawannya.

Kalau aku berani melawan apakah di seberang sana juga akan sesuai harapan?

Masalah lagi.

Kalau aku mengungkapkan perasaan yang salah ini betapa malunya bila aku ditolak. Tidak tidak. Aku tidak sanggup menahan rasa malunya. Tak bisa memikirkan bagaimana cara menghadapinya. Terlalu beresiko.

Tapi, kalau ada jalan, aku ingin melawan dunia sekalipun.

Selasa, 22 Januari 2019

Your Birthday

Dear burogu~

Hari ini tanggal 22 Januari 2019, 32 tahun yang lalu kamu lahir. Seandainya kamu masih hidup kira-kira seperti apa kamu di umur ini?

Besok adalah ulang tahunku yang ke 31. Ini akan selalu mengingatkan bahwa pernah ada seseorang yang usianya lebih tua setahun satu hari dariku.

Kamu yang di akhir Desember 2004 membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Jika waktu itu kita tidak bertemu, entah seperti apa jadinya aku sekarang. Seperti apa hidup yang akan kujalani? Tak kan ada penyesalan ini.

Dear kamu yang hari ini seharusnya merayakan ulang tahun ke 32. Bisakah kita bertemu lagi? Kapan pun, dimana pun. Aku ingin bertemu. 

Jumat, 18 Januari 2019

I Think I Need to Check My Head Up

Dear Burogu~

Beberapa waktu belakangan ini aku terus berpikir untuk memeriksakan diriku ke psikolog.

Sudah lama aku merasa ada yang tidak beres dengan kondisi mentalku. Aku sakit. Sakit mental. Trauma secara mental.

Meskipun menyadari ada yang sedang korslet di kepalaku, aku tetap tidak bisa berbuat apa-apa. Aku keras kepala dan sering memaksakan diri menghindari hal-hal yang membuatku kesakitan atau hal-hal yang melukai harga diriku, jadinya kupikir meskipun aku tahu cara untuk merehabilitasi diriku aku akan sulit melakukannya.

Sebenarnya, aku hanyalah orang yang butuh perhatian. Perhatian dalam artian ada orang yang berusaha memahami apa sebenarnya kesakitan yang kurasakan. Tapi, pada akhirnya aku bertemu dengan orang-orang bertipe sama sepertiku yang juga membutuhkan perhatian, hanya saja caranya berbeda.

Karena tak ada orang yang tampak peduli padaku, makanya aku sulit peduli pada orang lain. Orang menjadi mudah mengatakan aku orang yang egois. Pertanyaan yang muncul dibenakku, "Aku bisa apa?, Apa tujuanmu mengatakan aku egois?"

Aku hanya berpikir, apa tidak cukup hanya dengan menyadarinya saja, kemudian kalau memang merasa tidak cocok tinggalkan saja aku? Sesimpel itu cara berpikirku.

Kalau mau aku ya terima aku dengan segala keburukan yang kumiliki, bear with it! Kalau tidak bisa menerima itu ya tinggalkan saja. Well, aku hanya tidak paham tujuan seseorang mengatakan keburukan orang lain.

You want me to change? As if! If I change, it's not ME anymore, right? Then, the one you want is someone else.

Itu dia. Cara berpikirku terlalu jauh berbeda dengan orang-orang di sekitarku. Sebagai contoh saat aku single, beberapa orang akan mulai memperkenalkanku dengan seseorang. Aku yakin dalam benak mereka seperti ini: kamu single dia juga single jadi gak ada salahnya pendekatan atau siapa tahu jodoh.

Don't make me laugh!

Penyakit mental saya letaknya disitu saudara-saudara. Di hubungan.

Aku tak mudah menjalin hubungan. Tak mudah mempercayakan diriku pada seseorang. Tak mudah mempercayai orang lain. Dan bahkan aku sendiri tak dapat dipercaya.

Di drama-drama aku sering sekali mendengar kalimat: Orang yang tidak bisa mempercayai orang lain adalah orang yang tidak bisa dipercaya.

Penulis naskah drama benar-benar tidak main-main dengan tulisannya. Bunyi kalimat itu 90% akurat menurutku. 10% nya hanya keyakinan bahwa pasti ada orang yang meskipun tidak percaya orang lain namun orangnya dapat dipercaya.

Aku termasuk di 90% itu.

Makanya kubilang aku sakit. Mentalku sebenarnya rusak. Tapi, aku pandai menyembunyikannya. Dalam diriku juga ada bibit psikopat. Kalau saja aku tumbuh di lingkungan yang mendukung kriminal laten, aku mungkin jadi salah satunya. Atau mungkin akulah otaknya.

Tapi mungkin juga aku hanyalah si manusia biasa yang lemah.