Kamis, 23 Mei 2019

Curahan Hati

Dear burogu,

Beberapa hari belakangan ini aku bermimpi buruk. Mulai tentang zombie, sampai pada mimpi berada di thailand dan terpisah dari rombongan.

Mimpi yang terakhir ini yang paling tidak mengenakkan. Terpisah dari rombongan di Thailand karena kesalahan sendiri mengambil sandal dan akhirnya ditinggal. Yang tidak mengenakkannya saat mencari sandal tak ada sandal "yang beres" yang bisa kupakai. Sandal yang pertama berwarna biru ukurannya tidak sama, satunya baru satunya sdh usang, sandal yang kedua aku lupa problemanya apa, apa tidak ketemu pasangannya ya? Sandal selanjutnya beda pasangan dan ada rusaknya seingatku. Akhirnya pilihan jatuh di sandal pertama karena sdh panik akan ditinggal.

Tapi toh aku tetap ditinggal.

Saat kembali ke tempat berkumpul sudah tidak ada siapa-siapa, tapi aku ingat tujuan rombongan berikutnya ke sebuah tempat wisata, hanya saja aku tidak yakin nama tempat itu ada atau tidak. Pada saat diskusi tempat kunjungan aku memilih tempat itu. "Nusatapa". Seingatku.

Ditunggal oleh rombongan aku menyusul sendirian, bertanya ke seorang siswa Thailand dengan menggunakan bahasa inggris. Anak itu memberitahuku arah Nusatapa. Aku berjalan di jalan yang berlumpur sangat dalam, sangat berlumpur. Sulit berjalan tapi aku bisa mencapai ke sebuah tempat yang aku tak yakin apakah tempat itu bernama Nusatapa atau bukan. Tapi, aku tidak bisa bertemu dengan rombonganku. Dan selesai.

Aku menganggapnya mimpi buruk.

Beberapa hari ini aku memang sedang kepikiran sesuatu tentang hubunganku dan Yudistira, pacarku yang lebih muda 6 tahun dariku. Sebut saja dia Yudis.

Dari teman-temanku aku mendengar obrolan mereka dengan kakaknya Yudis yang mengatakan bahwa kakaknya belum siap apabila Yudis menikah secepatnya. Bagi kakaknya Yudis masih kecil.

Aku maunya tidak kepikiran tapi semakin didengarkan semakin aku kepikiran. Aku tidak pernah mendesak Yudis untuk segera menikahiku. Tapi, mungkin orang-orang melihatku dan dia dengan cara yang berbeda.

Ditambah lagi tadi pagi, bapaknya Yudis berkata, "pelan-pelan, pelan-pelan tapi pasti" saat aku menjemputnya untuk berangkat kerja bersama. Entah kenapa rasanya ada makna tersirat dalam kalimat itu. Bukan tentang berangkat kerjanya tapi tentang hubunganku dan Yudis. Maksudnya pelan-pelan menjalani hubungan, jangan buru-buru untuk menikah. Pelan-pelan tapi pasti.

Aku hanya berpikir, seandainya aku seusia dengan Yudis aku pasti tidak akan tersinggung mendengar kalimat itu. Mungkin juga aku tak paham. Tapi, inilah aku. Aku yang berusia 31 tahun yang lebih tua 6 tahun dari Yudis. Rasanya seperti aku akan merebut anak usia TK dari orang tuanya.

Mungkin salahku juga. Di mata orang-orang aku mungkin telah melewati batas-batas wajar hubungan pacaran. Apa aku yang tidak bisa menjaga diri dari pandangan buruk orang lain. Mungkin perlu juga menjaga jarak.

Dua bulan yang lalu, saat memulai hubungan ini, apa ya yang ada di dalam kepalaku? Dengan mudahnya aku mengiyakan untuk pacaran dengannya. Tapi kalau saat itu aku tidak mengiyakan dan tidak berpacaran dengannya aku tidak akan tahu problematikanya.

Sebenarnya aku sudah lama juga berpikir kalau ini semua salah. Tapi, aku berusaha membenarkannya hanya karena kupikir "kapan lagi aku bisa berada dalam sebuah hubungan dimana aku mencintai seseorang dan merasa dicintai juga?"
Awalnya juga kupikir tak kan lama sampai Yudis sadar dia bisa mendapatkan yang lebih baik, yang lebih muda, yang lebih cantik.

Kalau itu terjadi, aku tidak tahu harus bagaimana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar