Jumat, 11 April 2014

What I call Love

Love. Dalam bahasa indonesia, cinta. Aku percaya bahwa cinta selalu memberikan kebahagiaan bagi kehidupan manusia. Meski demikian, secara jujur aku mengakui bahwa aku tidak percaya pada cinta (tentu yang kumaksud adalah cinta antara pria dan wanita). Aku selalu berpikir, memilah dan menimbang-nimbang hingga aku sampai pada satu kesimpulan. Cinta itu adalah mengenai memberi-menerima, membutuhkan-dibutuhkan, menguntungkan-diuntungkan. Aku selalu berpikir bahwa sesuatu yang orang-orang sebutkan dengan bangga bernama cinta, hanyalah sebentuk ilusi dari pikiran karena adanya pengaruh-pengaruh material. Dan aku sangat mempercayai bahwa pengaruh material itu berupa "kenyamanan". Kenyamanan berarti adanya hal-hal yang dapat memenuhi kebutuhan hidup. Contoh: kekayaan, ketenaran, kecerdasan, perhatian, pengertian, dll (hal-hal yang bisa dilihat atau dirasakan).
Pernah suatu kali aku bertanya kepada seorang teman yang notabene mencintai pasangannya, mengapa dia mencintai pasangannya itu. Dia menjawab bahwa cinta itu tidak butuh alasan. Segera kubilang padanya "that's a lie!". Itu bohong. Jangan bilang kamu mencintainya tanpa alasan. Karena alasan seseorang mencinta seseorang lainnya adalah hanya satu yaitu rasa nyaman. Seperti yang kusebutkan diatas. Nyaman dengan hartanyakah? Nyaman dengan kecerdasannya? Nyaman dengan perhatiannya? Dsbg.
Yang paling mengherankan bagiku adalah ketika melihat teman "menderita karena cinta" menurut pengakuannya sendiri. B*llshit. Cinta apa yang membawa penderitaan? Aku mulai menganggapnya lebay. Yep. Cinta kerap kali dijadikan alasan untuk kesakitan seseorang. Cinta kerap kali dijadikan kambing hitam untuk menjerumuskan orang ke dalam lubang dosa. Cinta kerap kali dijadikan biyang kerok atas penderitaan seseorang. He to the lo, think again. Kenapa? Kenapa kamu menyalahkan cinta? Kenapa kamu mengkambinghitamkan cinta? Bukankah seharusnya kamu bahagia memiliki cinta? Jadi kenapa kamu merasa menderita, merasa terluka, merasa sedih, merasa kecewa, dsbg?? Kenapa?
Dan disini, aku masih dalam satu kepercayaan bahwa cinta selalu membawa kebahagiaan, selalu membuat kita tersenyum, selalu membawa kedamaian, selalu menyejukkan. Tapi aku tidak percaya adanya cinta (pada pria-pria yang mengaku cinta terhadapku). Kemungkinan terbesar yang terjadi adalah mereka tidak tau bentuk cinta yang kumiliki, mereka tidak percaya pada cinta yang kumiliki, mereka tidak peduli pada cinta yang kumiliki hanya karena aku mengatakan "I don't love you, because I don't know what the love is (in your mind)". Kalimat itu cukup membuatku seperti orang bodoh yang siap untuk dibohongi kata-kata manis, dan rayuan-rayuan maut. Tapi, aku tetap waspada, mawas diri, tetap dengan pendirianku sejak awal sebelum mengenal kamu, kamu, dan kamu. "I'm not a white paper, though I'm not coloured." You just don't get it. Sampai saat ini, aku masih tetap merasa "aku tidak pernah mencintai siapapun". Kalau aku cinta, seharusnya aku merasa bahagia. Masalahnya hanya karena aku tidak memahami, tidak bisa menerima cara-cara mencintai dari pria yang notabene pasanganku. Aku merasa kecewa, tersakiti, dibohongi, dibodohi, dan tidak bahagia. Kupikir "ini salah". Tidak seharusnya aku merasa seperti ini. Seharusnya aku merasa bahagia. Tidak bahagia = tidak cinta. Seperti itulah caraku. Tentu orang lain punya caranya sendiri. =))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar