Selasa, 11 November 2014

They are Fighting Again

Ini adalah kisah pertarungan selama kurang lebih 27 tahun antara bapak dan ibuku. They always fighting.
Sedari kecil sebenarnya aku hidup dalam keluarga yang sudah berantakan. Ini keluarga hancur yang tampak utuh di luarnya. Ibaratnya telur busuk, kalau orang tidak ada di dalamnya tidak akan tahu betapa hancur dan busuknya telur itu. Atau apabila tidak ada yang memecahkannya, orang-orang tidak akan pernah tahu bau busuk itu.

Aku yang sedari awal ada disini, hidup disini dan entah akan berakhir disini, selama 26 tahun hidup dalam keluarga ini, aku merasa paling tahu bagaimana keadaan sebenarnya disini. Tetapi, karena sudah terbiasa, aku sering lupa kalau di keluarga ini bangunannya sering tiba-tiba roboh, pilar-pilarnya begitu rapuh dan mudah digoncangkan angin meskipun hanya angin sepoi-sepoi. Aku menjadi lupa dan kadang terlena dengan kemegahan yang tampak di luarnya.

They are not holding it back anymore. Selama ini kupikir, bapak dan ibuku tidak akan bertengkar lagi bila aku tinggal di rumah. Ini salah satu alasanku tidak meninggalkan rumah lagi setelah menyelesaikan studi. Aku meninggalkan segalanya demi tetap berada di rumah ini. Apa yang kucari? Apa yang kudapat? Adik laki-laki yang biasanya menjadi tameng bagiku berada di pulau seberang dan mereka mulai lagi aksi brutal itu. Kali ini apa? Ponsel jadi korban. Aku tetap bertahan disini karena mengkhawatirkan adik perempuan yang baru memasuki masa remajanya. Aku harus melindunginya dari perasaan menderita karena pertengkaran orang tua. Apa aku bisa? Sampai kapan kami bisa bertahan?

Aku tidak habis pikir. Apa yang terjadi sejak lama, tidak pernah ada habisnya. Selalu masalah yang sama. Selama ini aku berusaha untuk tidak peduli. Ini hanya masa puber kedua mereka. Benar-benar orang dewasa dengan sifat dan sikap anak remaja baru gede. Hah... kuso! They didn't even care about their children's feeling. Just what the hell is wrong with them..?

Kepada siapa harus kuadukan perasaan ini? Siapa yang akan menolong? I can't even tell my brother about this. It's frustrating. Really..
Mereka sudah gagal menjadi orangtua. Mereka telah membuatku tidak mempercayai cinta, mereka membuatku takut menikah, mereka membuatku merasa terbebani.

Ya Tuhan, berikan jalanMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar