Jumat, 12 Januari 2018

It is Too Sad, I Feel Empty

Kemarin, di story instagram Masa ada seorang wanita yang melambai-lambai padanya di bandara dalam keberangkatannya menuju Bali. Wanita itu sendiri. Yang berarti bahwa hanya dia seorang yang mengantarkan Masa. Tanpa basa-basi, aku segera bertanya pada Masa tentang wanita itu. Dia menjawab, taisetsu na hito da yo! Artinya "orang yang penting". Aku semakin bertanya-tanya, orang yang penting seperti apa yang dia maksudkan. Apakah kekasih? Apakah wanita yang disukai? Siapa sebenarnya dia? Apakah anggota keluarga? Apakah adik? Entahlah. Masa bahkan tak merasa perlu untuk menjawabku. Aku bukan orang penting, paling tidak, tidak cukup penting untuk diberi penjelasan apapun.

Mungkinkah ini saatnya aku mengakhiri perasaan ini? Perasaan jatuh cinta ini? Perasaan yang kuharap mendapat balasan ini? Apakah aku salah dalam menilai orang?

Dini hari tadi aku terbangun dari tidurku karena sebuah mimpi. Dalam mimpiku ada seorang teman Masa yang memberitahukan pada Gungmas bahwa wanita di bandara itu adalah istri Masa dan bahwa Masa dulunya adalah pemuda nakal. Di dalam mimpiku, aku merasa sedikit ragu akan pernyataan itu, aku juga merasa bimbang dan gelisah, serta kecewa. Mimpi itu membuatku merasakan perubahan yang besar di dalam diriku. Aku merasa kosong. Aku merasa seluruh inderaku telah dimatikan oleh perasaan jatuh cinta sehinga aku bahkan tidak bisa merasakan aura yang tidak ingin dia tunjukkan. Apakah selama ini dia berbohong? Apakah kepolosan yang kulihat selama ini hanyalah kamuflase? Sebenarnya apa arti dari mimpi itu? Apakah itu ada hubungannya dengan mimpi saat aku dan dia pertama kali bertemu? Mimpi tentang aku dan dia yang berdiri di hadapan sebuah lubang yang berisi sampah.

Hati ini benar-benar terasa kosong. Hampa. Seolah hancur berkeping-keping, aku tak bisa mengembalikannya ke bentuk semula. Perasaan kecewa yang teramat berlebihan ini apakah ada kaitannya dengan mimpi kehilangan anting waktu itu? Aku kehilangan kepercayaan, tidak hanya pada diri sendiri tapi juga pada dia.

Aku benci memikirkan bahwa selama ini aku telah dibohongi. Terlalu aneh rasanya sampai aku tidak bisa merasakan aura itu. Aura seseorang yang harus dihindari? Aku sangat yakin terhadap instingku. Aku tidak pernah salah menilai orang. Selama ini aku bisa membedakan mana manusia yang bisa dipercaya dan tidak. Aku bisa merasakan mana menusia yang baik dan tidak. Tapi, sebenarnya mungkin juga aku tidak memiliki kemampuan itu. Aku hanya merasa bisa merasakannya padahal mungkin saja sama sekali tidak.

Terhadap Masa, aku merasa dia adalah gabungan dari narsis dan sadis, sementara aku adalah si masokis. Dia adalah tipe kucing sementara aku adalah tipe anjing. Kupikir hanya sebatas itu. Selama ini aku merasa bisa menerima seandainya dia pernah tidur maupun melakukan seks dengan beberapa wanita. Di usianya itu hal-hal seperti itu adalah kewajaran. Meski seks tak berlaku untukku. Tapi tidak ada yang tahu bagaimana dia, kecuali dia sendiri dan Tuhan. Beberapa waktu lalu saat aku turut serta mengantarnya ke bandara menuju Jepang, di tengah jalan dia disapa oleh wanita-wanita pekerja tempat massage, saat itu aku bertanya, mungkin saja satu atau dua wanita di tempat itu menyediakan layanan seks baginya. Siapa yang tahu. Aku pikir aku bisa menerima itu.

Sebenarnya aku jauh sebelum ini juga memikirkan sedikit kecurigaan, tentang berbagai kemungkinan. Apakah aku berpikir terlalu berlebihan dan terlalu muluk? Aku memang sempat merasa curiga, mungkinkah di Jepang sana dia sebenarnya sudah menikah, memiliki anak tapi kemudian berusaha mencari suaka di Bali karena menyenangi Bali. Jika menikahi wanita lokal baginya bertujuan untuk mendapatkan suaka, dan bukan karena rasa cinta, aku tidak bisa menerima itu. Tapi, hatiku terasa begitu sakit.

Aku bukan siapa-siapa baginya. Aku hanyalah wanita yang sedang jauh cinta kepadanya yang bahkan tidak bisa mengekspresikannya dengan baik. Aku menangis dan merasa sedih bukan karena memyesal telah merasakan perasaan ini. Alu sedih hanya karena aku merasa perasaan ini sangat menyakitkan. Aku ingin menangis. Seandainya bisa, aku ingin bertanya langsung, mencari jawaban langsung, sesegera mungkin.

Aku mulai bertanya-tanya apakah ini ulah alam semesta? Apakah alam semesta ingin aku membuka mata lebih lebar lagi agar aku bisa melihat lebih jelas? Atau ini adalah masih dalam proses ujianku?

Tuhan, tidak bisakah kali ini saja aku menjadi egois dan mementingkan diri sendiri? aku ingin bahagia bersama orang yang kucintai. Aku ingin orang kucintai mencintaiku juga. Sesulit itukah bagiku? Sebegitu tidak memungkinkannyakah bagiku? Sekali saja orang yang kupikirkan juga sedang memikirkanku. Orang yang kurindukan juga sedang merindukanku. Orang yang kutunggu kini sedang mencariku. Tidak bisakah Tuhan?
Sepertinya, terlalu sering aku meminta hal konyol seperi ini. Gomen gomen. Padahal aku berjanji tidak akan meminta hal-hal yang egois.

Kalau begitu, cukup bahagiakan orang-orang di sekitarku. Aku akan bahagia juga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar